Lihat ke Halaman Asli

Hesdo Naraha

Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

Awal yang Ketujuh

Diperbarui: 15 September 2021   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: Instagram @lintasftunimed

Seseorang pernah berkata "ketika kamu ingin memulai sesuatu lakukanlah dengan perasaan bahagia, maka sepanjang prosesnya akan bisa dinikmati sampai akhir". Hari ini saya menjalani perkuliahan perdana di semester tujuh, walaupun tidak benar-benar pagi namun saya bersyukur karena antusias dan semangat belajar sangat menggebu-gebu di dalam dada. Saya selalu percaya apa yang kita pikirkan akan membuat kita menjadi lebih berani, dan penuh percaya diri dalam menjalani setiap aktivitas yang dilakukan. Prinsip seperti ini sebenarnya telah dijelaskan dalam konsep tentang persepsi.

Para ahli dalam bidang psikologis telah banyak berbicara tentang pengaruh persepsi terhadap perilaku manusia, banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara keduanya (persepsi dan perilaku). Di semester empat atau lima; saya lupa persisnya, pada suatu kali perkuliahan tepatnya di kelas Intervensi Dasar Individu, kami diajarkan tentang the cognitive triangel yang mengambarkan hubungan antara: pikiran emosi perilaku. Ketiga komponen ini merupakan dasar yang membentuk proses kognitif serta berimplikasi pada munculnya sebuah perilaku.

Semester Tujuh yang mengerikan

Banyak teman-teman mahasiswa yang bercerita bahwa mereka sangat kuatir memasuki semester tujuh, alasannya sederhana karena seringnya akan diperhadapkan dengan sejumlah pertanyaan seputar kelulusan.

Misalnya "berarti tahun depan udah lulus nih?", "ehh udah proposal skripsi dong, semester depan lulus kan yaa?" atau ada juga pernyataan semacam ini "pokoknya tahun depan udah lulus yaaaa, jangan-jangan lama inikan udah semester tujuh". Berbagai pertanyaan di atas sering dihindari oleh mahasiswa semester akhir, termasuk saya. Walaupun demikian hal ini menjadi sebuah challenge bagi saya, sebab pada realitasnya perjalanan studi tidak semulus anggapan banyak orang heheheh.... ini bukan rasionalisasi hanya sekadar pernyataan diri.

Dua bulan yang lalu saat mengakhiri semester enam, kegiatan akademik saya dilanjutkan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Saya menjalani KKN secara hybrid, karena pogram kerja kami dilaksanakan secara langsung dilapangan bersama warga. Namun pogram-porgam yang bersifat edukasi dan memungkinkan dilakukan secara melalui video conference, melibatkan pembicara dari luar daerah sehingga mereka hadir melalui zoom meeting. Pasca semester enam dan berakhirnya KKN saya menjadi semakin cemas, setiap hari saya selalu terbayang tentang proses di depan nanti. Munculah pertanyaan-pertanyaan yang kembali menguji optimisme dan keyakinan "apakah saya sanggup mencapai target baru, setelah mengakui realita melesetnya perkiraan masa studi?".

Pertanyaan serupa datang dan terus menghantui saya, hingga akhirnya saya mendapatkan jawaban dan belajar dari banyak pengalaman yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Saya banyak menonton video-video pada kanal Youtube Greatmind (https://www.youtube.com/c/GreatmindIndonesia), sebuah ruang edukasi kreatif dan menarik yang dikelolah oleh Marissa Anita dan tim. Ada banyak video yang sudah saya nonton, bahkan tak jarang saya selalu mengutipnya untuk tulisan-tulisan di status Whatsapp, facebook, dan beberapa tulisan di Kompasiana juga. Menurut saya setiap kontennya mengajak kita untuk hidup dalam realita, tidak masalah jika realitas itu menyakitkan karena seharusnya kita terbuka untuk menerimanya. Termasuk kenyataan bahwa saya akan lulus lebih dari semester delapan, sekarang saya lebih terbuka untuk menerima keadaan ini, dan membuat saya lebih bersemangat.

Sumber pribadi: Anggrek Hutan (sebutan bagi bunga cantik ini) tumbuh dan mekar didepan rumah. 

Anggrek yang mekar memberikan pelajaran 

Setiap fase hidup itu penuh cerita....

Ada situasi di mana kita mekar, terlihat sangat indah, disukai banyak orang, dipuji dan selalu mendapat komentar postif. Tetapi ada juga situasi di mana kita tidak dianggap, dilirik saja tidak; apalagi di puji, mungkin karena saat itu mekarmu tak lagi indah, menjadi layu dan kering.

Tetapi menyoal kehidupan, sebenarnya setiap fase itu akan berganti. Mereka akan memainkan peran pada waktunya, sehingga kita hanya perlu belajar untuk tetap bertahan hidup. Tak masalah jika kering atau layu, toh akan ada masanya kembali mekar, indah, dan menawan.

(Source: IG @hesdonaraha |https://www.instagram.com/reel/CTv_KNWrOWi/)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline