Lihat ke Halaman Asli

Lahir di Waktu yang Salah?

Diperbarui: 9 Juni 2017   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Ini adalah tulisan kedua saya sebagai blogger kompasiana. Sudah seminggu yang lalu sejak tulisan pertama saya. Kali ini mungkin tidak ubahnya seperti curahan hati pribadi. Mengapa saya menuliskan judul "Lahir di waktu yang salah?" ? Ini karena pemikiran yang sudah ada sejak saya masih kecil hingga berusia 23 tahun.

Menyukai hal-hal yang jadul, kuno, tembang-tembang lawas, karya seni zaman bahula hingga film dan buku-buku masa lalu. Itu sebagian kesukaan saya pribadi. Tapi ini bukan semata-mata indikasi. Banyak orang-orang di luar sana yang juga menyukai hal-hal yang berbau jadul. Bahkan ada yang jauh lebih fanatik daripada saya. Saya sejujurnya hanya lebih ke level menyukai, bukan fanatik. Tetapi yang membedakan, saya seolah selalu merindukan ruang dan waktu yang sangat jauh entah dimana dan seolah saya pernah hidup di sana, lalu kemudian dipaksa lahir kembali pada zaman sekarang.

Bukan. Bukan saya seorang cenayang atau bahkan mempercayai reinkarnasi. Karena di dalam Islam tidak ada ajaran mengenai reinkarnasi. Sebelumnya sudah saya tuliskan, bahwa tulisan ini seperti curhatan. Pada umumnya, seorang anak perempuan cenderung lebih dekat dengan mama-papanya. 

Apalagi jika sebagai anak bungsu di dalam keluarga yang sangat ingin dimanja dengan kakak-kakaknya, meskipun dari beda mama-papa. Saya seharusnya begitu, tetapi pada kenyataannya tidak. Saya merasa begitu jauh dengan mereka. Bukan karena jarak, tetapi meskipun dalam jarak dekat, tetap saja saya tidak merasa bagaimana seharusnya perasaan menjadi bagian keluarga. Selalu kembali pada kerinduan untuk menemukan ruang dan waktu yang saya sendiri pun tidak tahu bagaimana wujudnya.

Apakah orang-orang di luar sana pernah merasakan hal yang sama dengan saya? Atau mungkin ini hanya halusinasi akibat kurangnya keimanan saya? Alhamdulillah, karena saya Islam, saya selalu memasrahkan apa yang saya pikirkan ini untuk lebih merenungi atau bertafakur kepada Allah SWT. Baik dengan berdoa selepas sholat dan membaca Al-qur'an apalagi saat ini sedang bulan Ramadhan. Selain itu, saya juga sering mencoba "membunuh" pemikiran aneh saya tersebut dengan menggambar di atas tissue. 

Terdengar aneh? Memang, dari sekian macam-macam kesenian yang dikenal banyak orang, hanya menggambar dengan media tissue. Bagi yang belum tahu, saya menggunakan spidol warna kecil seperti merek Snowman yang isi 12 pcs dan teknik yang dipakai adalah teknik pointilis (menggambar dengan cara membuat titik-titik sehingga menghasilkan gambar).

Kembali ke judul awal, lahir di waktu yang salah. Di dalam pemikiran saya, yang mana saya menyukai hal-hal jadul. Misalnya, saat saya melihat film hitam putih rilisan tahun 20an, saya jauh lebih menikmati daripada film-film CGI semacam produksi Marvell. Memang kalau kualitas kebanyakan akan memilih Marvell. Tetapi menurut saya, yang lebih bernyawa adalah seperti film hitam putih itu. Dan saya yang terlahir di era 90an dan menjalani masa remaja dan dewasa di abad 21 ini, merasa bagaikan berdiri di antara keramaian dan saya menjadi patung yang terdiam di tengah-tengahnya. Bukan. Bukan, saya tidak merasa bersyukur. Saya sangat bersyukur atas semua yang Allah SWT berikan hingga usia saya yang sekarang ini. Saya hanya merasa aneh dan apabila diceritakan ke orang lain, hanya akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. 

Yang saya harapkan saat ini adalah, saya ingin mengetahui dan menemukan ruang dan waktu apakah yang selama ini masih menjadi tanda tanya besar di pemikiran saya dan bahkan selalu saya rindukan. Aamiin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Herliana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline