Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih, Kitaro!

Diperbarui: 5 November 2020   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KITARO (Sumber foto: wikipedia.org)

Siang hingga malam ini saya masih konsentrasi menyunting naskah dari beberapa penulis. Naskah yang saya sunting ini merupakan gabungan tema besar, literasi dan numerasi, dan menjadi buku yang ditujukan untuk anak sekolah dasar (SD). Kebetulan, saya masuk ke dalam tim editornya.

Di sela-sela mengedit, tepatnya pada sore hari, saya diserang rasa kantuk yang sangat berat. Jalan terbaik sore tadi sebenarnya tidur! Namun, karena suatu hal, saya tidak bisa menidurkan diri di sore yang diguyur hujan nan lebat sore tadi.

Sebaliknya, jika saya paksakan mengedit naskah, betapa berat konsentrasinya. Peluang melakukan kesalahan sangat besar. Prinsip utama, jangan menulis atau mengedit naskah di saat mengantuk, harus saya pertimbangkan betul-betul!

Saya tidak mungkin menghentikan proses penyuntingan ini sore tadi karena sudah dikejar deadline, begitu istilah yang sering saya dengar dari para jurnalis saat saya bekerja di penerbitan pers. Dikejar deadline! Itu makanan sehari-hari bagi para reporter atau pemburu berita. Kalau pemburu rente? Apakah juga dikejar deadline? Hehe...tak tahulah, maaf sekadar intermeso saja ya, biar nggak serius-serius amat baca tulisan ini.

Bagaimana saya harus mengatasi rasa mengantuk yang teramat berat? Untung saja, saya teringat Kitaro! Tepatnya, teringat lagu-lagu instrumentalnya yang saya yakini bisa menolong saya untuk sejenak waktu terbebas dari rasa kantuk.

Singkat cerita, sore tadi, saya pasang headset di kedua telinga saya, lalu menyiapkan lagu-lagu Kitaro di dalam laptop saya. Satu per satu lagu-lagu tersebut mulai merasuk ke dalam jiwa saya, membawa keheningan yang teramat bermakna.

Berhasil! Itu kesan pertama saya. Ada energi lebih yang mengimbangi rasa kantuk saya setelah saya mendengarkan lagu-lagu Kitaro. Ada beberapa lagu saya dengarkan, seperti Koi, Dance of Sarasvati, Matsuri, hingga lagu The Light of Spirit. Lagu lainnya pun tak ketinggalan, yang semuanya menimbulkan efek keheningan dan membantu saya mengusir sejenak rasa kantuk serta menghadirkan konsentrasi yang sangat penting untuk menyunting naskah.

Seperti sudah banyak dikenal orang, Kitaro merupakan seorang musikus Jepang. Saya pertama kali mengenalnya bukan dari biografinya, namun dari karya-karyanya. Sejak SMA kemudian kuliah saya menggunakan lagu-lagu Kitaro untuk mengisi latar musik operet yang saya bikin. Bukan operet yang ditampilkan di panggung besar, cukup di acara tujuh belasan hehe...

Nuansa alam yang saya dengarkan dari musik Kitaro tidak hanya membangunkan saya dari rasa kantuk, namun juga mampu menyentuh hati. Nuansa sentuhan hati itu tak bisa lengkap digambarkan dengan kata-kata dan hanya bisa saya resapi tanpa suara, sambil menikmati komposisi dan harmoni yang dihadirkan oleh Kitaro.

Saya terinspirasi, saya terbangunkan, saya kemudian mampu mengedit naskah bahkan hingga malam ini. Tak berlebihan jika saya mengucapkan terima kasih kepada Kitaro. Menjadi orang yang terinspirasi dan dapat beraktivitas dengan lancar, kemudian mampu menghadirkan rezeki, tak seharusnya saya melupakan orang yang menginspirasi saya. Bukankah demikian?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline