Baru-baru ini, kita dihadapkan pada tren journaling yang kembali booming dalam berbagai media sosial. Journaling sendiri dapat digolongkan sebagai suatu kegiatan menulis yang dibersamai dengan membubuhkan beragam dekorasi yang dapat membuat tulisan-tulisan tersebut menjadi lebih "hidup" dan menarik untuk dilihat maupun dibaca kembali.
Beberapa dekorasi yang biasanya ditambahkan dalam journaling adalah origami atau kertas lipat, washi tape atau yang kita kenal dengan selotip bermotif (yang motifnya lucu-lucu itu), kertas kado, stiker, dan masih banyak lagi.
Tidak jarang journaling juga berisikan gambar, foto, maupun unsur-unsur lainnya selain tulisan. Salah satunya seperti istilah "Junk Journaling", dimana kegiatan membuat jurnal dilakukan dengan memanfaatkan berbagai barang bekas yang biasanya dianggap sampah justru untuk membuat tampilan jurnal menjadi lebih estetik.
Selain sebagai cara untuk refreshing dan menghibur diri dengan menorehkan beragam ide, kreativitas, maupun sekadar menuliskan hal apapun yang terlintas dalam pikiran kita (mau kata-kata motivasi, curhat tentang hal-hal yang menyebalkan, kalimat-kalimat kekesalan karena ulah mulut tetangga, dan masih banyak lagi), pernah 'kah kalian terpikir bahwa aktivitas journaling ternyata juga bisa menjadi alternatif baru untuk dunia pengarsipan?
Meskipun tentu saja, pengarsipan dalam skala kecil dan dengan lingkup yang terbatas. Karena, ini adalah tentang journaling. Bukan tentang mau membuat gedung kearsipan sendiri.
Mengenal Journaling
Secara akar bahasa, istilah "Journaling" berasal dari Bahasa Latin "Diurnalis" yang berarti "Harian" dan dari Bahasa Inggris "Journal" yang berarti "Buku harian" atau "Catatan harian". Journaling atau kegiatan menulis jurnal adalah karya tulis yang bersifat bebas tentang hal apapun yang terlewat dalam pikiran seseorang. Journaling bersifat fleksibel dan biasanya boleh dibuang kalau hasil karya journaling-nya dianggap sudah tidak terpakai atau sudah tidak relevan lagi dengan ide sang penulis.
Journaling dapat membantu penulis dalam merekam ingatan dan menyimpan kenangan bilamana di kemudian hari, penulis (baik sengaja atau tidak sengaja; atau tidak tau antara sengaja dan tidak sengaja) membuka jurnal yang pernah ditulis olehnya. Sebagaimana setiap kata maupun kalimat, bahkan sekadar gambar dan tempelan dekorasi, yang tertoreh di dalam jurnal itu mampu membawa kembali ingatan penulis ke waktu dan tempat kenangan itu berasal (Pramudhito, 2023).
Umumnya, journaling dilakukan tanpa memedulikan struktur kalimat, tatanan bahasa, dan penggunaan tanda baca tertentu. Sehingga, journaling bisa dikatakan sebagai sebuah karya tulis yang cukup berseni. Meskipun sering dipandang sebagai kegiatan yang sepele, wadah untuk baper, atau sekadar tempat corat-coret dan tempel sana-sini, journaling sebenarnya juga memiliki banyak manfaat yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Beberapa manfaat journaling yaitu dapat membantu penulis untuk melepaskan stress (bisa stress sekolah, stress kuliah, stress menghadapi sidang skripsi, stress kerja, stress merawat anabul, dan sebagainya), membantu penulis untuk mengenali dirinya sendiri dengan lebih baik, menjadi media untuk meluapkan berbagai ide dan kreativitas penulis (setidaknya lebih baik kreatif menulis jurnal daripada kreatif membuat masalah), dan yang tidak kalah penting adalah manfaat journaling untuk menyimpan berbagai arsip pribadi milik penulis.