Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Menjadi Bapak Rumah Tangga, Bertukar Peran Apakah Tren Masa Depan?

Diperbarui: 9 Maret 2020   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Saat ini semakin banyak wanita berstatus sebagai istri yang berkarir penuh. Sementara suaminya tinggal di rumah, melakukan pekerjaan rumah dan mengambil alih tugas mengasuh anak. 

Di Jerman, hal tersebut sudah mulai dilakukan oleh beberapa pasangan dan tidak dianggap lucu dan aneh. Pasangan zaman sekarang lebih memilih untuk membagi rata pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga.

Keputusan tersebut tentu tidak gampang diambil, karena secara umum yang masih berlaku di masyarakat adalah pandangan dan gaya konservatif. Seorang pria yang harus berkarir di luar rumah, sementara wanita lebih banyak tinggal di rumah dan mengurus keluarga.

Saya punya teman, mereka adalah pasang Jerman, sebut saja namanya Sarah dan Klaus. Mereka memiliki 2 orang anak, usia anak keduanya sebaya dengan  anak saya, sedangkan yang sulung lebih tua satu tahun. Sarah adalah seorang peneliti di bidang kimia, bekerja di salah satu perusahaan industri. Klaus seorang insinyur yang  bekerja di bidang IT.

Keduanya sama-sama berkarir penuh sebelum anak mereka lahir. Menurut Sarah, dia kembali bekerja ketika anak-anaknya memasuki Kindergarten, tetapi paruh waktu.

Sejak anak-anak mereka memasuki Sekolah Dasar, Sarah memutuskan untuk total berkarir.

Klaus memilih untuk bekerja hanya 80% dari jam kerja, dan lebih banyak melakukan home office. Dalam satu minggu mungkin dia pergi ke kantor hanya 2 hari saja, dan tidak seharian penuh.

Jadi ketika anak-anak mereka pulang dari sekolah Klaus yang menyiapkan makan siang dan mengantar jemput anak-anak ke aktivitas sore hari mereka. Menyiapkan makan malam biasanya dilakukan bersama-sama, begitu juga dengan pekerjaan rumah tangga lainnya mereka kerjakan bersama-sama.

Menjalankan peran seperti ini yang belum merata di masyarakat, hanya bisa dilakukan jika kedua belah pihak tidak ada yang merasa lebih rendah dari yang lain, atau sebaliknya. Butuh kepercayaan penuh dan saling menghargai antar pasangan. Di samping itu memiliki pandangan bahwa tugas rumah tangga adalah tugas bersama.

Konsep seperti ini akan sulit dilakukan jika masih ada rasa tidak percaya dan kekhawatiran terhadap suami yang dianggap tidak mampu menjalankan tugas di rumah, seperti menjaga kerapian rumah atau memenuhi kebutuhan belanja dapur.

Perlu juga mengubah pandangan klasik bahwa perempuan itu tempatnya di rumah saja dan laki-laki yang harus berkarir. Padahal apakah keduanya berkarir atau bertukar peran tetap  bisa  berjalan baik, seperti contoh di atas tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline