Lihat ke Halaman Asli

Sosial Media Sebagai Panutan?

Diperbarui: 22 Juli 2017   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com/ ilustrasi media sosial sebagai referensi seseorang terhadap tata nilai yang dijadikan panutan

Trend - Keterkaitan erat sosial media dengan kehidupan masyarakat saat ini memang tidak terelakan lagi. Tidak hanya dari kalangan generasi mileneal, dari generasi-generasi yang lebih dahulu juga tidak ketinggalan memanfaatkan sosial media. Pemakaian sosial media dalam keseharian tidak heran berimplikasi pada pemakaian sosial media sebagai panutan.

Sederhana, bagi seseorang yang ingin melihat produk ataupun promo dari suatu produk atau toko dapat melihat informasi melalui sosial media. Disitu seseorang akan lebih efisien, karena tidak harus melihat langsung produk atau toko untuk melihat gambaran suatu produk atau toko. Tidak hanya itu, materi e-learning yang digunakan sebagai basis kuliah online juga memanfaatkan sosial media dalam proses pendidikan. Bahkan yang sedang hangat saat ini, sosial media dijadikan sebagai sarana doktrinisasi.

"Sosial Media sebagai Panutan", benarkah itu ? Fakta membuktikan bahwa lingkungan terdekat, seperti: keluarga tidak mampu membendung seseorang untuk mengikuti suatu kata hati yang tidak jarang dipengaruhi oleh informasi atau pengetahuan yang diperoleh melalui sosial media. 

Didalam sosial media, seolah seseorang dapat menciptakan atau menemukan sebuah dunia ideal dalam sisi individualisme. Bagi seseorang yang telah masuk dalam dunia ideal ini, lingkungan sekitar yang tidak sesuai dengan karakteristik dalam dunia ideal tersebut, sebagai suatu kesalahan. Bahkan tidak jarang, seseorang tersebut melakukan aksi pembenaran dengan melakukan teror, seperti: bom bunuh diri.

Keluarga sebagai lingkungan terdekat, seharusnya tidak boleh kecolongan sampai-sampai anggota keluarga memiliki nilai panutan dari sumber lain. Untuk itu, antar anggota keluarga diperlukan suatu kepedulian dan kasih sayang yang timbal balik dan perlu ditanamkan sikap saling menghargai. Tidak jarang orang tua memiliki pandangan bahwa apa yang dilakukan anaknya adalah salah, namun hal tersebut setidaknya perlu untuk dihindari karena bagaimanapun salah atau benar adalah relatif, baik atau buruk relatif. Hal yang bisa dilakukan adalah mengarahkan anak atau anggota keluarga untuk mengenal nilai-nilai kebijaksanaan, sehingga mampu untuk memilih baik buruk, benar salah, ataupun tepat atau tidak tepat.

Dan hal tersebut, dapat dicapai dengan membekali anak dengan pendidikan agama serta pendidikan etika dan moral yang dapat diperoleh melalui lembaga formal ataupun non-formal. Dan jangan pernah menanamkan kecurigaan berlebihan pada sosial media anggota keluarga, tetapi berilah kepercayaan dan kebebasan agar tidak ada ketakutan bagi anggota keluarga tersebut untuk mengungkapkan isi hati. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline