Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fahrizal

Certified Filmmaker and Script Writer.

Wisata dan Pengalamannya

Diperbarui: 11 Oktober 2020   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ada begitu banyak iklan pariwisata yang muncul di beranda sosial instagram, tapi apakah orang-orang akan benar-benar datang.

Ketika sebuah daerah membuat iklan pariwisata, maka daerah lain juga akan melakukan hal yang sama. Lalu kemudian, orang akan melakukan filter yang seragam ketika memutuskan mengunjungi sebuah tempat selain apa yang sudah ia lihat dari visual, yaitu rekomendasi. Rekomendasi datang dari kepuasan seseorang ketika pernah pergi dan menyarankan orang ikut pergi. Lalu darimana muncul rekomendasi itu? Experience.

Banya daerah memiliki pantai yang indah dan budaya yang unik, namun tidak banyak menarik minat wisatawan. Karena mereka hanya melihat pantai dengan pasir putih, tapi nggak ada experiencenya. Experience yang dimaksud disini adalah pengalaman yang berkesan.

Saya sepakat dengan seorang pengusaha wisata asal Aceh yang sekerang membuka resort di Jogjakarta. Ia mengatakan sekarang orang banyak suka membuka objek wisata yang ala-ala. Pantai ala Bali di Semarang, objek wisata sawah ala Bali di Bintan. Di Aceh ada yang lebih parah. Ada menara kembar petronas dan menara Eiffel tiruan di sebuah pantai di Lhokseudu. Saya lihatnya jadi malu. Tapi ada pula yang berfoto disitu. Alamak.

Lebih dahulu, ada pula yang bikin objek wisata payung-payung. Sudah pasti niru dari objek wisata lain diluar negeri dan Bandung yang sudah ada lebih dulu. Tapi kemudian, hampir sebagian besar objek wisata di Aceh pasti ada payung-payungnya. Saya lihatnya jadi geli.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline