Lihat ke Halaman Asli

hendra setiawan

TERVERIFIKASI

Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Waspada Perilaku Hustle Culture saat Bekerja

Diperbarui: 19 Oktober 2021   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bekerja juga butuh keseimbangan (ilustrasi foto: pxabay.com/tumisu)

 "Pa, Papa itu kok kerja terus sih..." kata seorang anak kecil usia SD kepada ayahnya. 

Maklum, hampir setiap hari, ayahnya pulang malam. Di atas jam kerja rata-rata kebanyakan orang. Tidak hanya di hari biasa, hari libur pun kadang masih harus pergi ke kantor untuk lembur.

Meskipun demikian, naik turun total nominal yang diperoleh si ayah setiap bulannya, masalah yang datang hampir selalu sama dan terulang. 

Walaupun nilainya sedikit di atas UMK (Upah Minimum Kota) tertinggi seprovinsi. Tetapi ketar-ketir selalu dimulai di tengah bulan yang berjalan. Jumlah uangnya makin menipis. Mau tak mau harus bisa bertahan dalam hari-hari berikutnya.

Apakah ia boros, tak bisa mengelola keuangan? Tidak juga. Ia selalu menyisihkan dulu untuk pembayaran hutang untuk rumah kontrakan. Sisanya untuk keperluan sekolah anak dan kebutuhan dapur. 

Ia setidaknya harus bisa mengelola uang yang pas-pasan itu untuk keperluan transportasi kendaraan dan jajan ala kadarnya di bulan itu.

Kerja: Antara Tuntutan dan Niat Diri

Tuntutan kerja dari ilustrasi kejadian nyata di atas, bukan berarti ia disebut seorang pecandu kerja atau workaholic. Orang yang gemar menghabiskan waktunya di pekerjaan. Sampai-sampai kepentingan untuk bersama dengan anggota keluarga lainnya menjadi nomor dua atau lebih.

Dalam dunia kerja, ada tipe orang yang mirip dengan itu. Ia bekerja, bisa dikatakan melebihi batas normal. Motivasi mencapai kesuksesan teramat tinggi. Hingga akhirnya tidak ada keseimbangan dalam pekerjaan dan kesehatan diri.

Ya, beda tipis antara keduanya. Satunya kerja terus karena kantor mensyaratkan demkian. Ada faktor tuntutan secara eksternal. Jadi seakan ia tak punya pilihan lain untuk terus bekerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline