Lihat ke Halaman Asli

Hendi Setiawan

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Pohon Langka Akibat Eksploitasi Berlebihan Atau Buahnya Kurang Disukai?

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13360342271431753496

[caption id="attachment_185943" align="aligncenter" width="300" caption="Eksploitasi Hutan .... di sebuah tempat tahun 1980 (Dok. HendiS)"][/caption] Eksploitasi Berlebihan Mengapa pohon menjadi langka ?  Kelangkaan suatu jenis pohon tak lepas dari aktivitas perekonomian di sekitar pohon itu tumbuh, padahal pada saat lingkungan hidup belum banyak didominasi oleh aktivitas manusia, alam selalu akan menyeimbangkan dirinya bila terjadi sesuatu atas dirinya.  Di sebuah hutan siklus hidup sebatang pohon sangat jelas, mulai dari biji yang jatuh dari pohon atau dibawa binatang atau ditiup angin, tumbuh menjadi anakan pohon, lalu menjadi pohon muda, berkembang menjadi pohon dewasa dan akhirnya tumbang karena usia. Di sekitar bangkai pohon akan tumbuh anak keturunannya akibat permudaan alam, kadang-kadang pohon tumbuh jauh dari induknya karena biji dibawa burung atau tertiup angin dan jatuh di tempat yang jauh. Bagaimana keseimbangan alam setelah manusia campur tangan karena membutuhkannya ?  Selama kebutuhannya masih belum banyak, masih dibawah produktivitas alam, maka pohon tidak akan menjadi langka.  Akan tetapi bila pohon ditebangi dalam jumlah banyak dan terus menerus tanpa ada usaha yang memadai untuk menanamnya kembali, maka dapat dipastikan satu jenis atau beberapa jenis pohon akan makin langka dan lama-lama tinggal kenangan. Eksploitasi hutan di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku sejak akhir 1960-an telah memperlihatkan dampaknya sekarang.  Kayu Eboni asal Sulawesi Tengah yang bertekstur eksotis bewarna hitam makin sulit diperoleh.  Kayu Besi di Kalimantan makin langka.  Kayu Keruing di hutan Aceh barangkali juga sempat mengarah menjadi langka, namun pergolakan bersenjata di daerah itu pada tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 2000-an secara tidak sengaja menghambat kerusakan hutan kelangkaan beberapa jenis pohon komersil.  Mudah-mudahan setelah tercapai perdamaian eksploitasi hutan berlebihan tidak terjadi. Kayu komersial seperti Jati dan Pinus masih jauh dari langka, karena kedua jenis pohon ini dibudidayakan dan penebangannya diatur ketat agar tidak melebihi kemampuan untuk meremajakannya.  Mungkin kedua jenis pohon kayu komersial inipun suatu saat harus diselamatkan dengan jeda atau moratorium penebangan, karena bagaimanapun bila menuruti hawa nafsu, menebang pohon lebih mudah dan jauh lebih cepat daripada menanam dan menumbuhkannya sampai dewasa.  Bayangkan masak tebang pohon Jati itu mencapai 80 tahun. [caption id="attachment_185931" align="aligncenter" width="300" caption="Buah Kapulasan  -  Pohon Kapulasan atau Sibabat mulai langka (Dok. Dr. Titik Prana)"]

13360307942134377287

[/caption] Buah Kurang Disukai Buah yang disukai manusia atau diketahui mempunyai khasiat tertentu logikanya tidak akan punah akibat ulah manusia.  Misalnya Durian, Mangga, Apel dan Rambutan akan tetap tersedia di pasaran karena dibudidayakan secara intensif.  Ada juga buah yang diproduksi hanya mengandalkan kemurahan alam, karena kurang intensif dibudidayakan manusia, contohnya Manggis, Duku walaupun masih banyak di pasaran, produsen masih lebih banyak mengandalkan pohon pohon warisan nenek moyang. Bagaimana dengan buah-buahan yang kurang disukai karena rasanya asam, kurang lezat, kalah bersaing dengan buah-buahan lain atau belum diketahui khasiatnya, maka pohon jenis buah-buahan seperti inilah yang diperkirakan akan punah pelan pelan, contohnya pohon Kapulasan atau Pulasan, sejenis buah yang daging buahnya mirip rambutan tapi kulit buahnya sangat tebal dan mirip babat.  Pohon tidak dibudidayakan secara intensif, pohon ditebang karena lahannya dibutuhkan untuk pembuatan perumahan, perluasan kota dan sebagainya. Dugaan saya tentang kepunahan pohon yang buahnya kurang disukai manusia sebenarnya tak cukup kuat, terutama bila ekologi alam masih seimbang.  Pengembangbiakan pohon yang buahnya tak disukai manusia secara alamiah akan dibantu angin dan hewan, selain pohon yang bersangkutan menjatuhkan buah di sekitar pohon, yang selanjutnya akan tumbuh menjadi pohon muda. Campur Tangan Manusia Untuk Melestarikan Mengingat jumlah manusia makin banyak dan cenderung melebihi kemampuan alam untuk mencukupi kebutuhannya, berakibat makin berkurangnya hutan, makin berkurangnya sejumlah pohon buah tak komersial.  Itulah sebabnya Kementerian Kehutanan dan Pertanian menyusun daftar pohon langka, yang pelaksanaan pelestariannya dilakukan oleh Kementerian itu sendiri, oleh Pemerintah Daerah dan oleh masyarakat yang tergugah. Tanpa campur tangan manusia, suatu saat orang Jakarta akan kehilangan pohon khas setempat seperti Kupa, Pulasan, Jamblang, Nam-nam, Kemang, Keranji, Menteng dan sejumlah pohon lain yang buahnya kurang laku di pasaran.  Tanpa campur tangan manusia suatu saat bisa jadi hutan Indonesia tinggal 30% dari luas daratan Indonesia, tinggal menuai bencana saja bila sudah demikian.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline