Lihat ke Halaman Asli

Helen Adelina

Passionate Learner

Jangan Ada Gawai di Antara Kita

Diperbarui: 14 Mei 2021   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (sumber: bowie15 via kompas.com)

Rasanya sudah banyak orang menulis tentang bagaimana gawai telah menjadi tembok pemisah antara orang-orang yang berkumpul bersama. 

Sampai-sampai muncul istilah “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh”. Sibuk berkomunikasi dengan orang-orang yang iustru gak ada di tempat, eh orang yang di depan mata malah diantepin

Kalau orang yang di depan mata ini tidak ada hubungan apa-apa dengan kita, mungkin masih bisa dimaklumi. Lha ini, pasangan sendiri, anak sendiri, orang tua sendiri, adik kakak sendiri, atau teman-teman sendiri. 

Seolah-olah kehadiran orang di depan mata ini tidak diharapkan. Dan cilakanya, orang yang di depan mata tadi juga melakukan hal yang sama. Acara berkumpul bersama, tapi tak ada koneksi. Masing-masing sibuk dengan gawainya, sibuk dengan pikirannya sendiri. Lalu apa gunanya berkumpul?

Sayangnya dalam acara buka bersama pun, tak lepas dari “wabah” yang disebut Sherryl Turkle – seorang psikoanalisis dan professor di MIT – “alone together”. 

Banyak orang-orang yang sebelum acara buka bersama begitu senang saat di WAG, ide buka bersama digaungkan. Bahkan dresscode juga sudah ditentukan. Beberapa anggota pun rela menjadi panitia agar acara bukber terwujud. 

Dari reservasi tempat acara bukber sampai koordinasi dana dilakukan oleh panitia, termasuk konfirmasi apakah datang bersama pasangan dan anak-anak. 

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu pun tiba. Begitu pulang kantor sengaja teng go, ngibrit langsung ke tempat acara bukber supaya tak terjebak macet. Yang bekerja sebagai ibu rumah tangga pun tidak mau ketinggalan, bersiap-siap pergi lebih awal dari rumah untuk menghindari macet.

Tadinya dibayangkan betapa bahagianya berkumpul bersama, saling bercerita bagaimana kabar masing-masing. Saling melepas rindu, mengingat-ingat nostalgia tempo doeloe

Makan bersama, tertawa bersama. Saling ledek ukuran perut menunjukkan tingkat kemakmuran. Bukber jadi semacam reuni kecil-kecilan. Kalau pada hari-hari biasa, kesempatan berkumpul seperti ini susah untuk diwujudkan.

Ternyata yang dibayangkan hanyalah angan-angan semata-mata. Saat salah satu teman tiba di acara bukber, kita saling bersalaman. Basa basi sebentar, lalu mengambil tempat duduk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline