Lihat ke Halaman Asli

Helen Adelina

Passionate Learner

Hal-hal yang Dirindukan dari Berbelanja ke Pasar

Diperbarui: 18 April 2021   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: BeritaSatu.com

Pandemi yang disebabkan miss corona benar-benar menyebabkan seluruh dunia kewalahan. Hampir tidak ada negara yang terlewat oleh virus yang satu ini. Dan dunia yang selama ini kita kenal pun berubah. Sekarang, di mana-mana orang menerapkan protokol 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Tidak ada lagi keramaian orang. 

Tempat-tempat wisata dan taman hiburan sepi. Gedung-gedung sekolah dan kampus kosong melompong. Di kantor-kantor, karyawan banyak yang bekerja dari rumah. 

Di mana-mana, hampir semua kegiatan dilakukan secara dalam jaringan. Untuk orang-orang yang gaptek seperti saya, sistem dalam jaringan ini kadang-kadang buat gak nyaman. Suara yang tidak terdengar jelas - kresek-kresek, video yang tersendat-sendat, atau gagal bayar saat menggunakan pembayaran elektronik. Jadi curcol nih.

Interaksi dalam jaringan ini juga merambah dunia belanja belanji. Kalau dulu, orang-orang belanja untuk bahan makanan sehari-hari di pasar, sekarang dilakukan secara dalam jaringan. Tinggal buka aplikasi, pilih item yang mau dibeli, lalu bayar. Nanti semua pesanan akan dikirim ke rumah. Berhubung yang terkena Covid-19 meningkat, saya pun memilih untuk belanja secara dalam jaringan supaya tidak berada di kerumunan orang banyak. 

Sebelum miss corona datang, saya biasanya belanja ke pasar seminggu sekali saat akhir pekan untuk membeli buah-buahan. Akhir-akhir ini saya memang lebih memilih mengkonsumsi buah lokal. Sesekali saya membeli sayur mayur dan ikan. Saya termasuk jarang masak karena memang tidak bisa masak. Kalaupun memasak, biasanya karena bosan makan di luar dan ingin makan makanan seperti di rumah dulu. Biasanya saya akan tanya adik saya resepnya.

Urusan memasak ini sering membuat saya diomelin teman-teman kalau saya minta resep dari mereka. Selain saya kurang tahu banyak tentang bumbu, saya orangnya cukup ingin tahu. Kalau dikasih resep, saya pasti tanya, fungsi dari setiap bumbu itu apa. 

Kalau tidak dipakai, efeknya apa. Terus kalau bumbu dihaluskan, apakah sekaligus dimasukkan atau satu persatu.  Apakah urutan menghaluskan bumbu mempengaruhi cita rasa makanan atau tidak. “Ribet amat sih. Udah, ikutin aja. Ini resep dari emak gue dan terbukti enak”, protes teman saya.

Nah, kembali ke pasar. Terus terang, saya sangat menikmati berbelanja di pasar dibandingkan dengan berbelanja di supermarket atau hypermarket yang beroperasi secara swalayan. 

Saat belanja di pasar, saya ikut terbawa dalam suasana riuh rendah pembeli dan pedagang yang saling tawar menawar. Kadang-kadang si penjual membuka cerita sambal menimbang sayur mayur tentang kejadian yang lagi viral. 

Lain waktu, si pedagang mengeluh harga serba naik, jadi pembeli yang belanjapun sedikit. Padahal mereka sudah berusaha mengambil untung hanya sedikit agar pembeli tetap mau berbelanja. Celotehan pun dibalas oleh si pembeli. Harga-harga serba mahal, pusing mikirin bagaimana mengatur gaji yang gak ikutan naik.

Kalau musim masuk sekolah, pembicaraan pun beralih ke biaya sekolah yang serba mahal. Dari buku, baju seragam yang berbeda-beda setiap hari, sepatu, uang SPP, buku pelajaran. Belum lagi anak-anak yang susah disuruh belajar. Kalau gak main hp, main game, atau nonton TV. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline