Lihat ke Halaman Asli

Berlari ke Puncak Gunung Tambora

Diperbarui: 20 April 2016   07:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Festival Pesona Tambora. KOMPAS/YUNIADHI AGUNG"][/caption]Di pagi buta di desa Doro Ncanga sekitar jam 03.00 WIT saya sudah siap–siap di garis start untuk mengikuti Tambora Challenge. Dengan jumlah peserta lebih dari 30 orang para pelari melesat dengan kencang setelah diberi komando aba-aba hitungan mundur.

Kondisi jalanan berbatu dan hanya diterangi lampu di kepala (headlamp) kami berlari dari titik nol di Doro Ncanga ke pos minum (water station) ke 1 sejauh 6 kilometer. Padang rumput yang luas walaupun belum terlihat jelas karena matahari masih belum muncul sudah terasa ditambah lagi dengan suara-suara sapi khas Sumbawa yang diternak secara liar.

Selepas pos air 1 (water station 1) para pelari satu persatu mulai banyak yang berjalan, medan yang menanjak lah yang membuat pelari berjalan untuk mengatur nafas dan ritme lari agar bisa bertahan sampai di pos air 2.  

Jarak yang jauh antara pos air 1 ke pos air 2 tentu menguras tenaga dan jalan nya walaupun lebar di penuhi semak belukar setinggi orang dewasa. Semak belukar dan berduri itu mengganggu kecepatan berlari maupun berjalan ditambah perdu dan ilalang itu berduri dan gatal.

Di pos air 2 matahari sudah muncul memerah sebagian dengan cepat menunaikan sholat subuh dan minum air isotonik serta pisang. Dahaga sedikit hilang dan badan kembali terasa segar namun sepatu yang sudah di penuhi pasir terpaksa dibuka dan dibersihkan.  Tanpa banyak-banyak beristirahat saya lanjut berlari meninggalkan pos air 2.

 [caption caption="Dok. Pribadi"]

[/caption]Ujian mulai muncul di rute ini seolah-olah tidak sampai-sampai seorang pelari mengeluh di belakang saya kok jauh amat ya pos air 3. Saya pun menoleh dan tersenyum sambil tetap konsentrasi karena kepala sudah terasa berat karena posisi sudah diatas ketinggian. 

Sebagaimana kondisi jalan dari pos air 1 ke pos air 2, jalanan ke pos air 3 pun dipenuhi semak belukar dan tanaman perdu yang berduri sehingga tangan tidak henti-hentinya menggaruk dan mencabut duri yang menempel di jersey.

Memasuki pos air 3 saya melahap air mineral sebanyak dua botol perasaan lega dan segar menyergap seluruh tubuh yang sudah penuh dengan keringat. Udara terik di pagi itu memang membuat tubuh saat berlari terbakar dan mengeluarkan keringat yang deras serta membuat kaos menjadi basah kuyup. 

Namun setelah menghabiskan dua botol minuman sangat terasa perbedaannya. Apel dan jeruk saya sikat masukan nutrisi pertama di pagi itu dan sambil terus berjalan karena berlari sudah tidak memungkinkan lagi.

Di pos air 3 ini jalan mulai menanjak dan berbatu saya berusaha untuk sampai ke puncak dengan target pukul 09.00. Pemandangan di sepanjang rute ini menyuguhkan panorama indah di dari atas ini garis pantai dan Teluk Saleh dan Pulau Mojo terlihat jelas. Pulau yang pernah disinggahi oleh pesohor dan mantan Ratu Inggris Lady Diana ini bagaikan perahu yang sedang berlayar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline