Hujan menyambut saya di puncak Tambora. Dengan terus berjaga dan berjalan saya mengitari kaldera Tambora. Gunung Tambora menyisakan kubahan besar, kaldera ini menyisisakan kaldera seluas kurang lebih 100 hektar.Â
Letusannya 20 abad yang lalu membuat sebagian bumi ini gelap gulita. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km).Â
Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh.
Setelah hujan turun tidak kunjung reda saya pun menyusuri tapakan jalan berbatu seperti saat naik. Dan walaupun sudah tidak kuat untuk belari lagi waktu yang saya tempuh lebih dari cut out time (batas waktu yang ditentukan) habis.Â
Tidak merasa kecewa yang terpenting adalah saya sudah mencapai puncak Tambora setinggi 2.850 meter dpl. Dan yang terpenting adalah ternyata ciptaan dan kemurkaan Alloh maha dasyat.Â
Namun kasih sayangnya melebihi semua itu terbukti bahwa setiap letusan gunung terjadi dalam selang berabad-abad lamanya. Dan hanya dapat di hitung dengan jari tangan. Tapi, coba lihat dampak seelah itu tanah dan perternakan semakin subur dan makmur. Nah nikmat yang bagaimana lagi yang kamu dustakan.