Lihat ke Halaman Asli

Jokowi:Tarawih Nomor Satu. Pencitraan??

Diperbarui: 18 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14036661561659029821

[caption id="attachment_330699" align="aligncenter" width="448" caption="Gambar diunduh dari: www.sebariklan.co"][/caption]

Saya tidak tahu, apakah ucapan Jokowi ini akan disebut pencitraan lagi atau bukan. Maklum saja, apapun yang diucapkan ataupun dilakukan Jokowi—apalagi jelang pemilihan presiden-wakil presiden semuanya dianggap sebagai pencitraan belaka untuk mengambil simpati rakyat supaya mereka memilih pasangan nomor urut 2. Dengan kata lain, mantan walikota Solo itu sedang bersandiwara!

Sangat tidak dilarang ada yang berpendapat Seperti itu. Silakan. Sebab ini negara demokrasi paling sukses di dunia—yang negara-negara lain pun patut berkaca ke negeri kami dalam hal penyelenggaraan pemilu—walau di sana sini masih saja ada, istilah yang sering diucapkan Prabowo—KEBOCORAN. Padahal, kata iklan cat di televisi, ”O, tidak bocor!”

Jadi pagi ini saya membaca di portal berita www.kompas.com dengan judul—Jokowi: Tarawih Harus Nomor Satu. Jokowi, dalam berita itu meminta KPU untuk mengatur jadwal debat ke-4 antarcapres-cawapres yang akan digelar pada Minggu (29/6). Seperti kita tahu, biasanya jadwal debat itu mulai pukul 20.00 WIB. Sedangkan pada debat ke-4 itu bertepatan dengan umat Islam sedang tarawih.

“Debatnya nanti mestinya sehabis tarawih. Entah jam sembilan, atau setengah sembilan,” kata Jokowi yang tertulis pada berita itu. Tentu ini baru usul Jokowi ke KPU yang sifatnya tidak memaksa. Namanya meminta, diberi terimakasih, enggak dikasih ya ndak papa. “Aku ra popo,” mungkin begitu kata wong Solo itu.

Namun, jika dilihat dari efektivitas, tentu permintaan Jokowi ini patut jadi pertimbangan KPU—walau, mungkin penyelenggara pemilu itu telah jauh-jauh hari menetapkan jadwal debat ke-4. Memang, tak terlalu masalah sih, misalnya debat antarcapres-cawapres nanti tetap pukul 20.00 WIB. Namun, apakah banyaknya jumlah penonton sama dengan debat-debats ebelumnya? Tentu tidak, karena pukul 20.00 WIB itu sebagian besar orang masih bertarawih—bahkan ada yang baru memulai.

Lebih pas memang, apa yang dikatakan Jokowi—ya mulai debat itu pukul 20.30 atau 21.00 WIB. Selain efektif, tentu ini menghormati orang-orang Islam yang sedang khusyuk melaksanakan salat tarawih. Apalagi, ungkap Jokowi di berita itu—penyesuaian jadwal debat selama ramadhan sangat tepat dan konsentrasi masyarakat tidak terbelah—antara nonton debat atau alat tarawih.

Pernyataan Jokowi soal jadwal debat antarcapres-cawapres diperkuat dengan pendapat juru bicaranya, Anies Baswedan. Kata bekas peserta Konvensi Partai Demokrat itu, supaya ideal ia mengimbau KPU mengundur jadwal jam pelaksanaan debat agar umat Muslim dapat melaksanakan salat tarawih terlebih dahulu. Oke, KPU mesti setuju, ya?

Semoga saja KPU bisa mempertimbangkan soal jadwal debat selama ramadhan ini supaya lebih efektif. Soalnya, rakyat di pelosok sana ingin melihat dua kandidat pemimpin Indonesia itu memaparkan visi-misi yang meyakinkan buat bangun bangsa ini. Jangan salahkan banyak yang golput, nantinya hanya gara-gara jadwal debat tidak efektif, utamanya saat puasa ini.

Makanya, Jokowi bilang, ”Jadi tarawih tetap nomor satu, tapi kalau presiden nomor dua!” Silakan ditafsirkan. Masihkah usul Jokowi ini disebut pencitraan? Semoga iya!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline