Lihat ke Halaman Asli

Iman Harymawan

Director of Airlangga Global Engagement-Universitas Airlangga

Akselerasi Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca Krisis COVID-19

Diperbarui: 26 Oktober 2022   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Authors: Iman Harymawan & Andini Tri Indahsari

Bagian I: Krisis Covid-19 dan Keberlanjutan Negara Berkembang

Covid-19 yang muncul dan menyebar secara lokal di Wuhan---China telah menjadi fenomena global dan memberikan efek yang luas. Pandemi ini tidak hanya menjadi beban substansial bagi layanan kesehatan, namun mendatangkan konsekuensi besar pada perekonomian negara-negara yang terdampak. Berdasarkan proyeksi World Bank Group (2020), perekonomian dunia di tahun 2020 diprediksi anjlok sebesar 5,2%. Pendapatan per kapita diperkirakan turun sebesar 3,6% yang akan membawa masyarakat dunia menuju kemiskinan ekstrem. Fenomena tersebut dipicu karena terganggunya permintaan dan penawaran domestik, perdagangan, dan keuangan sebagai akibat dari kebijakan pembatasan mobilitas (lockdown) yang diberlakukan di seluruh belahan dunia.

Berdasarkan laporan terbaru World Bank melalui Global Economic Prospect tahun 2022 (World Bank, 2022), penurunan GDP (Gross Domestic Product) dunia semasa pandemi tidak seburuk prediksi yang sudah dibuat. Penurunan yang diprediksi mencapai 5,2% ternyata hanya 3,3%. Bahkan, kenaikan GDP diestimasikan meningkat 2,1% menjadi 5,5% di tahun 2021. Kenaikan terjadi karena adanya relaksasi kebijakan lockdown di beberapa negara yang akhirnya mendorong kenaikan permintaan. Terlepas dari peningkatan tersebut, ternyata pandemi Covid-19 memberikan bekas luka yang cukup mendalam terutama bagi negara yang termasuk dalam kelompok Emerging Market and Developing Economies. Indonesia salah satunya. Setelah mengalami kenaikan di kuartal pertama tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan drastis dalam tiga kuartal berikutnya. Berturut-turut sebesar -5,3%, -3,5%, dan -2,2% (Muhyiddin & Nugroho, 2021).

Bagian II: UMKM Pilar Kebangkitan Ekonomi Indonesia

Dalam kurun waktu 2020---2021, Indonesia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Melalui agenda Transformasi Ekonomi (Bank of Indonesia, 2020), lembaga terkait melakukan berbagai macam terbosan salah satunya penguatan UMKM. Tidak bisa dipungkiri, UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Mereka berkontribusi pada pembentukan PDB sebesar 61,49% dan menyerap tenaga kerja sebesar 97%.

Program peningkatan kapasitas UMKM dilakukan secara end-to-end, mulai dari perbaikan tata kelola dengan cara penguatan korporatisasi kelembagaan UMKM, peningkatan kapasitas untuk meningkatkan produktivitas UMKM, dan perluasan akses pembiayaan. Jika ditinjau dari Laporan Perekonomian Indonesia yang dikeluarkan Bank Indonesia, penguatan UMKM berbasis end-to-end telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pernyataan tersebut bisa diperkuat dengan laporan dari BPS (Central Bureau of Statistics, 2021) yang menunjukkan terjadinya kontraksi sebesar 5,02% (y-on-y) pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga tumbuh dari -2,07% di tahun 2020 menjadi 3,69% pada tahun 2021. Kondisi tersebut patut diapresiasi, tetapi perlu untuk memperkuat dan memperluas terobosan tersebut agar pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke sedia kala.

Bagian III: UMKM dan Krisis

Kinerja UMKM dalam menghadapi berbagai macam krisis tidak perlu diragukan. Saat krisis ekonomi Asia 1997---1998 misalnya, mereka memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan usaha menengah dan besar dalam soal manajemen krisis (UNDP & LPEM, 2020). Namun, krisis ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 berbeda. UMKM mengalami kejatuhan yang luar biasa, mulai dari supply shock, permasalahan manajemen bisnis, penurunan penjualan yang berimbas pada penurunan pendapatan, penurunan asset, penurunan tenaga kerja, dan lain-lain.

Kedepannya, UMKM berpotensi mengalami berbagai macam krisis ekonomi yang dilatar belakangi oleh krisis kesehatan dan krisis lingkungan, mengingat kondisi Bumi yang kian memburuk sebagai akibat dari pemanasan global. UMKM juga akan dihadapkan pada perubahan besar dalam model bisnis, karena saat ini para investor semakin condong memilih usaha yang menerapkan model ekonomi sirkular daripada model ekonomi linier. Untuk itu, UMKM perlu memiliki kemampuan adaptasi dan mitigasi agar mampu bertahan di dunia yang penuh ketidakpastian.

Bagian IV: Think Tank -- Mendekatkan Akademisi dengan Praktisi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline