Lihat ke Halaman Asli

Haris Fauzi

Pembelajar

Takdir Dari Berbagai Sisi

Diperbarui: 3 Oktober 2018   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Apung di Palu setelah terjadi gempa dan Tsunami dan Gempa beberapa hari lalu || Sumber gambar: Detikdotcom

Nasib bangsa ini memang tidak selalu mujur. Setelah selama 350 tahun berada di bawah penjajah Belanda, Jepang yang mengaku saudara dari Timur justru menindasnya dengan tak kalah keras selama 3,5 tahun. Selepas dari penjajah bukan berarti pahitnya hidup bisa diakhiri dan kemakmuran bisa segera digali. Pertanyaan yang muncul terkait dengan fenomena ini adalah mengapa negeri tempat muslim terbesar di dunia bersujud justru menjadi negeri yang terpuruk seperti ini? Apakah ini telah menjadi takdir Allah? Apakah nasib bangsa yang terpuruk ini telah menjadi takdir atau semata-mata kesalahan manusia? Pertanyaan semacam ini seringkali menimbulkan kesalahpahaman.

Pembicaraan tentang takdir, kalau dikaitkan dengan kebebasan manusia dalam berbuat sering menimbulkan polemik. Jika segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, mengapa manusia harus berusaha? Jika nasib apapun, baik maupun buruk, telah digariskan oleh Allah, mengapa Allah menciptakan neraka dan surga?

Pemahaman yang tidak tepat terhadap takdir, maka akan menimbulkan manusia yang jabbariyah (manusia tanpa kehendak). Sementara ketidakpercayaan pada adanya takdir akan menimbulkan manusia yang qadariyyah (manusia yang bebas berkehendak). Oleh karena itu, dalam kesempatan

Dalam kamus bahasa arab karya Mahmud Yunus kata takdir berasal dari kata qadara yang artinya ketentuan, sesungguhnya Allah  telah menentukan suatu perkara atas kehendaknya. Sedangkan kata qaddara dengan tambahan tasydid diartikan dengan Allah  telah menjadikan seseorang itu berkuasa melakukan sesuatu dengan kadarnya atau kemampuannya.

Kata takdir (taqdir) terambil dan kata qaddara berasal  dari akar  kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran, sehingga jika Anda berkata, "Allah  telah menakdirkan   demikian,"  maka  itu  berarti,  "Allah  telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat,  atau kemampuan maksimal makhluk-Nya."

Dari  sekian  banyak  ayat  Al-Quran  dipahami  bahwa  semua makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Mereka  tidak dapat melampaui batas ketetapan itu, Allah menuntun dan menunjukkan mereka arah  yang  seharusnya  mereka  tuju. Takdir sering dipahami sebagai segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah untuk segala yang ada, yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang terjadi. Dalam al-Quran definisi semacam itu selaras dengan penggunaan kata qadar yang berarti kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang terhadap segala sesuatu, termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala yang maujud, baik makhluk hidup maupun mati sebagaimna dalam surat al-Hijr ayat: 21 dan ath-Thalaq ayat: 3.

Takdir adalah segala yang terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi, telah ditentukan oleh Allah , baik sesuatu yang baik maupun sesuatu yang buruk. Segala sesuatu yang terjadi atas rencananya yang pasti dan tentu, yang mana terjadinya atas kehendak --Nya. Namun, manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga, Allah  lah yang menentukan.

Takdir merupakan sebuah ketetapan Allah  yang meliputi segala kejadian yang terjadi di alam ini baik itu mengenai kadar dan ukurannya, tempat maupun waktunya. Hal ini menunjukkan takdir sebagai tanda dari kekuasaan Allah yang harus kita yakini. Allah telah menetapkan kadar, ukuran atau batas tertentu pada diri, sifat dan kemampuan makhluk-Nya. Semua makhluk Allah  telah ditetapkan takdirnya dan Allah menunjukkan arah yang mereka tuju. Seperti yang tercantum dalam surat Al-A'la ayat: 1-3

Takdir itu bukanlah hal yang ghaib dan misterius yang bisa kita terima begitu saja, tetapi Takdir itu merupakan suatu keharusan bagi kita untuk mempelajarinya dan menelitinya. Takdir merupakan ketentuan Allah  atas apa yang terjadi di alam ini. Apa yang terjadi sekarang, besok dan seterusnya sudah ditentukan jauh sebelum Allah  menciptakan alam ini.

Peristiwa-peristiwa  yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya, dalam kadar atau ukuran tertentu,  pada  tempat dan  waktu  tertentu,  dan itulah yang disebut takdir. Tidak ada sesuatu yang terjadi  tanpa  takdir,  termasuk  manusia. Peristiwa-peristiwa  tersebut  berada  dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan,  apa yang terjadi di alam ini merupakan hukum alam, dalam hal ini biasa disebut sunnatullah.

Dalam hal ini Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Quran tidak sepenuhnya cenderung mempersamakan sunnatullah dengan   takdir.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline