Lihat ke Halaman Asli

Sigmund Freud dan Isra' Mi'raj

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal dengan "Sigi" atau Sigmund Freud, lahir 6 Mei 1896 di Austria, seorang ahli Psikoanalisa yang tulisannya masih digunakan sebagai referensi bagi dunia Psikology. Salah satu statement nya mengatakan bahwa  alam tidur, mimpi adalah alam tak sadar. Seperti yang kita sudah mafhum bahwa peristiwa Isra' Mi'raj adalah peristiwa metafisik, atau ghaib, yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa, artinya tidak ada seorangpun yang dapat melakukannya kecuali dengan "campur tangan Tuhan".

Yang tercantum dalam Qur'an Surat Al Isra' ayat 1, Subhaanalladzii  asraa bi'abdihii lailam minal masjidil haraami ilal masjidil aqshaalladzi baraqna haulahuu linuriiyahu min aayaatinaa, innahuu huwassami'ul bashir, yang artinya :  Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari masjidil haram (mekah) menuju masjidil Aqsha (Palestina), yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.

Makna ayat ini menjelaskan bahwa :

1. Muhammad Rasullullah adalah pelaku dalam perjalanan Isra' Mi'raj.

2. Allah SWT adalah yang memperjalankan Muhammad saw.

3. Route perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

4. Yang diberkahi di sekeliling Muhammad.

5. Untuk diperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran Allah.

6.Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Telihat jarak perjalanan 2 tempat yang hanya bisa dilalui dalam kurang lebih 1 bulan dengan mengendarai unta ( terjadi th.620-621M, setahun sebelum peristiwa hijah ke madinah), dan tidak mungkin dalam semalam, seperti yang kita ketahui dari berbagai riwayat. Sebagai manusia adalah mustahil jika terbang menempuh jarak ribuan kilometer hanya menggunakan pakaian jubah kain, menembus awan yang dingin, minus (dibawah nol) derajat celcius, dan kecepatan yang sangat tinggi, tentu pemahaman "diberkahi sekelingnya" ini dapat diartikan sebagai setting perlengkapan perjalanan dan seterusnya, agar bisa dilakukan perjalanan ini. Untuk diperlihatkan sebahagian tanda-tanda kebesaran Allah ; bagi siapa ini ditujukan ' tentu saja bagi Muhammad sang pelaku dan juga tentunya bagi umat muslim. sesungguhnya Allah Maha Mendengar  lagi Maha Melihat.

Kejadian ini menggambarkan  teori psikoanalisa menjawab, bahwa sangat mustahil bahwa seseorang bisa melakukan Isra' Mi'raj seperti yang disampaikan oleh cerita Nabi Muhammad saw. yang dimaksudkan adalah seseorang pasti berbohong jika kita berpegang pada teori Psikoanalisa ini. Maka masyarakat yang tidak percaya bertanya-tanya mengenai fisik masjidil Aqsha ; berapa jendela, pintu dan sebagainya, yang kemudian dijawab dengan benar oleh Rasullullah Muhammad. Terlebih lagi dengan kesaksian bahwa Muhammad saw. telah mi'raj ke Sidratul Muntaha, suatu tempat yang sangat tinggi, bahkan tak ada seorang makhluk pun yang sanggup dan pernah mencapainya. Malaikat Jibril yang menyertai Muhammad saw. pun tidak bisa mencapainya. Banyak pendapat mengatakan bahwa  Muhammad saw. diperjalankan oleh Allah SWT hanya  ruhnya saja, tetapi ada yang percaya ini dilakukan dengan jasadnya juga, tetapi ini tidak penting. Yang terpenting bahwa Muhammad tidak berbohong, dan sekalikali tidak akan pernah berbohong karena beliau bergelar Al Amin (yang dipercaya, sebelum menjadi Nabi oleh masyarakat Qurais). Adalah Abu Bakar Assidiq yang mengatakan "aku percaya dengan apa yang dikatakan Muhammad, lebih daripada itu aku percaya. Maka diberilah Abu Bakar dengan gelar As sidiq (artinya yang membenarkan Muhammad)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline