Lihat ke Halaman Asli

Kepemimpinan Baru untuk Maluku

Diperbarui: 23 Februari 2021   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maluku negeri kaya dengan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya tetap hidup miskin. Dalam konteks nasional, Maluku "setia" diurutan keempat dari belakang sebagai propinsi termiskin.

Realitas tersebut menandakan belum optimalnya kinerja pemerintah daerah dalam menaikkan kesejahteraan masyarakat, jika tidak mau disebut gagal. Pemerintah daerah yang dimaksudkan di sini tentu bukan hanya pemerintah propinsi, tetapi juga pemerintah kota dan kabupaten.

Selain itu, para pemangku kepentingan, seperti kelompok-kelompok usaha, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga keagamaan, dan anggota-anggota masyarakat Maluku sendiri pun tidak bisa angkat tangan. Artinya, setiap elemen masyarakat turut bertanggung-jawab.

Namun, jika kepada saya ditanyakan siapa sesungguhnya yang paling bertanggung-jawab, maka saya akan menjawab pemerintah daerah di setiap level, propinsi, kota, dan kabupaten. Sebab, merekalah yang mendapatkan mandat, wewenang, anggaran, dan berbagai fasilitas untuk hal itu.

Dibutuhkan Kepemimpinan Baru

Bertolak dari realitas kemiskinan masyarakat itu, Maluku sesungguhnya sudah membutuhkan kepemimpinan baru. Kepemimpinan baru di sini bukan sekadar mengganti orang, tetapi diperlukan sosok kreatif dan berani melakukan hal-hal yang out of the box.

Menurut saya, daya kreatif dan keberanian semacam itu ada dalam diri kaum muda.

Selama ini, entah disadari atau tidak, kultur feodal yang melilit kehidupan keseharian kita, telah membuat kita jatuh ke dalam apa yang disebut gerontarkhi. Selain patriarkhisme, kita sering terjebak dalam kepemimpinan kaum tua atau gerontarkhi. Orang tualah yang dianggap layak memimpin. Padahal, pengalaman sendiri sudah membuktikan bahwa orang-orang tua yang memimpin itu telah gagal atau tidak mampu membawa Maluku ke arah yang lebih baik. 

Anehnya, dalam penjaringan nama calon pemimpin, media-media tertentu kembali memunculkan nama-nama pemain lama sebagai calon-calon pemimpin.

Maluku membutuhkan spirit muda. Muda dalam gagasan, muda dan gesit pula dalam tindakan.

Tentu saja kita juga mendamba kearifan dari "orang tua," sosok yang mau merangkul. Juga, sosok teladan dalam kejujuran. Dalam falsafah Timur, "orang tua" itu lekat dengan gambaran kebijaksanaan dan kejujuran. Karena itu, mereka dijadikan figur teladan. Bagaimana pun kita tetap membutuhkan hal itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline