Lihat ke Halaman Asli

Hariadhi

Desainer

Berjalan Solo ke Solo, Kotanya Pak Jokowi

Diperbarui: 15 September 2019   05:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKUMENTASI PRIBADI

Ada tiga momen saya pernah mengunjungi Kota Solo. Pertama saat pernikahan Gibran, kedua saat pernikahan Kahiyang, dan ketiga saat membuat tour keliling Jawa dalam rangka kampanye #1000kmJKW

Tapi di antara ketiga kunjungan tersebut, saya tidak benar-benar mengeksplorasi kuliner dan wisata di Solo. 

Maka dalam kunjungan keempat, saya benar-benar berusaha mencari tahu seperti apa sebenarnya yang namanya kuliner khas kota yang dipimpin Pak FX Rudy ini. Seperti juga saat mengunjungi Waduk Cirata, saya berjalan solo, sendirian ke Solo.

KOLASE - DOKUMENTASI PRIBADI

Sesampai di Terminal Tirtonadi yang kini jadi bersih dan rapi layaknya bandara, saya langsung berkeliling mencari makanan. Ada satu yang menarik hati, yaitu nasi kare! Karena kata kare, saya jadi membayangkan kare dalam makanan Jepang yang kental dan diberikan potongan daging sapi. Atau setidaknya kare dalam definisi kuliner India.

Namun yang tersaji justru soto...

DOKUMENTASI PRIBADI

"Ya ini kare," Kata Ibu-Ibu penjualnya, saat saya kebingungan menghadapi sepiring nasi dengan kuah yang agak encer. Memang sih warnanya sedikit kecoklatan. Tapi penampilannya kurang meyakinkan sebagai kare. Dagingnya pun mirip serpihan daging ayam. Lebih pas dibilang soto.

"Srrpppt..." Baru setelah menyuap sekali, saya jadi yakin ini bisalah dimasukkan kategori kare. Rasanya memang agak lebih pekat dibanding soto. Rasanya lebih asin dan kaldunya lebih kental. Ditambah rempah-rempah yang membuatnya makin kaya lagi.

"Paling enak dicampur sedikit sama kuah opor, atau gule," Katanya meyakinkan. Saat saya tanyakan kepada teman saya di twitter, Iwan Kurniawan, ia mengkonfirmasi memang seperti itulah kare di Solo.

"Kalau kare di Solo memang kuahnya encer kaya soto," Jawabnya, walaupun juga kurang percaya itu kare saat melihat fotonya.

Hampir saya nambah lagi kalau tidak ingat saya masih punya misi mencoba beberapa jenis kuliner unik lagi. Lalu saya keluar dari terminal dan menyeberang ke arah sungai. Dari warga sekitar, saya jadi tahu nama sungai ini adalah Sungai Pepe, anak dari Bengawan Solo.

Suasananya sungai ini jauh beda dengan dulu saat saya berlari 5 kilometer di daerah sini. Bagian tepinya sudah dirapikan dari gubuk-gubuk liar. Sekarang bagian di seberang terminal ini dibuat taman, lengkap dengan tempat berjalan kaki dan bangku taman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline