Lihat ke Halaman Asli

Hariadhi

Desainer

Mengajak Kampret Bergabung ke Barisan Cebong dan Ciptakan Kebaikan? Bisa

Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Saya tidak terlalu ingat kapan mas Himawan Nurkanji tiba-tiba memutuskan mendukung Jokowi. Memang karakternya adalah swing voters. Dulu pernah sebentar dukung Jokowi, lalu pindah jadi dukung Prabowo. Beberapa kali kita sempat lempar-lemparan komentar panas, seingat saya. Namun pada suatu hari DM dari beliau masuk, menyatakan dukung Jokowi karena eneg dengan barisan Anies Sandi. Ia mengajak bertemu, alias kopdar.

Salah satu kesalahan Sandi menurutnya adalah terlalu banyak PHP orang lain, termasuk ke UKM-UKM. Dulu banyak menawarkan janji manis pembinaan ke UKM Jepara, katanya.

Tapi sampai sekarang tak terwujud, padahal tak sulit membantu mereka, asal niat saja, bukan berharap ditukar dengan suara saat pencoblosan. Bantu ya bantu...

Tak terlalu percaya, saya bilang saya masih dalam perjalanan #1000kmJKW, membantu pengungsi di Lombok. "Abis saya dari NTB ya," sedikit ogah-ogahan. Tapi sepanjang perjalanan dia kekeuh mengajak kopdar, lagi dan lagi.

"Ada sesuatu yang serius ini," Pikir saya. Mas Himawan juga menyatakan dia tahu kelemahan-kelemahan lawan, karena dia ada lama di barisan tetangga. "Ya bolehlah, nanti habis roasting kopi akan saya temui," pikir saya.

Janjianlah kami di sekitaran Buaran, yang ternyata tidak terkejar karena saya masih harus mengurusi pesanan kaos. Jadilah kami bertemu di Jatinegara saja, di sekitaran Gado-Gado Boplo.

Mas Himawan Nurkanji memberikan beberapa insight yang bagus mengenai lawan. Termasuk bagaimana menghubungkan kontestasi pilpres dengan kisah pewayangan.

"Jokowi itu layaknya Petruk yang jadi raja, ejekan lawan untuk jokowi, karena mengangkat brahmana, alias orang alim, perwujudan Kyai Ma'ruf Amin, menjadi orang kepercayaannya. Derajat Petruk naik jadi Arjuna. Sementara Prabowo melakukan sebaliknya, dari seorang Ksatria, merendahkan dirinya dengan mengangkat pedagang, Sandi, sebagai wakil.

"Cerita pewayangan itu pendekatan penting ke pemilih Jawa, Mas," Ungkap Mas Himawan berusaha meyakinkan. Imajinatif, tapi masuk akal, pikir saya. Tentu sebagai orang Sumatera saya tidak terlalu melihat dalamnya insight ini, karena kita terbiasa berbicara lugas, tanpa banyak permisalan. Pemimpin bagus itu ya bagus, ga pake dimisal-misalkan. Tapi tetap saya menikmati penjelasannya.

kopi1-5bb32d0faeebe1154e0b8072.png

Dari Mas Himawan juga saya mendapatkan ide #KOEPISantri. Awalnya saya mau menamai kopi ini sebagai Kopi Pakde. Dengan muka Pak Jokowi sebagai simbolnya. Namun saya jadi teringat dulu Pak Jokowi pernah marah karena ada yang membuat produk komersial dengan nama Jokowi.

"Kopi santri aja mas. Kita wujudkan kekuatan Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin. Kita ciptakan cerita santri dan ulama beneran. Bukan ulama-ulamaan karena kerdus, seperti tetangga sebelah."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline