Lihat ke Halaman Asli

Suharto

Penulis lepas

Belajar Kearifan dari Peribahasa Masa Lalu demi Kebaikan Masa Depan

Diperbarui: 14 Juni 2021   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para siswa antusias mendengarkan pelajaran yang disampaikan guru (Pixabay.com)

SIAPA yang membuat kata-kata bijak dalam peribahasa pada masa lalu? Tak pernah ada yang tahu. Meski pembuatnya disebut sebagai anonim, namun nasihatnya dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengar atau membacanya.

Apa itu peribahasa? Untuk memudahkan saja, saya mengartikan peribahasa sebagai kalimat ringkas yang berisi nasihat tentang aturan tingkah laku dan bisa digunakan untuk pedoman kehidupan.

Ada banyak tema dalam peribahasa, salah satunya adalah soal pendidikan. Saya ingin menyampaikan tema ini pada pembaca, khususnya para pelajar. Mereka adalah generasi penerus yang akan mewarisi kehidupan berbangsa ini. 

Generasi muda sudah selayaknya dikenalkan peribahasa luhur yang telah diucapkan atau ditulis oleh para leluhur bangsa ini. Ungkapan-ungkapan bijak itu tentunya muncul dari hasil perenungan yang mendalam terhadap kehidupan sehari-hari.

Menyiapkan generasi yang bermoral baik adalah tugas semua warga suatu bangsa. Keluarga, sekolah, dan lingkungan saling mendukung untuk membentuk moral yang baik bagi anak-anak muda. Nilai-nilai kebaikan ditanamkan dengan harapan anak didik menjadi pribadi yang lurus. 

Banyak cara untuk melahirkan generasi baru yang baik, salah satunya dengan mempelajari peribahasa dari generasi terdahulu. Kata-kata bermakna ini sudah teruji oleh waktu. Tercipta dari kebaikan dan akan diterima oleh orang yang ingin memperbaiki kehidupannya.

Berikut saya kutip beberapa peribahasa yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita, khususnya para pelajar, bisa mengambil manfaat. Kemudian mampu menjadikannya sebagai motivasi untuk menggapai cita-cita.

Berburu ke padang datar, mendapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.

Peribahasa ini mengandung nasihat tentang ketekunan dalam belajar. Setiap orang pasti membenarkan pernyataan bahwa belajar itu sungguh melelahkan. Namun semua orang tentu tidak menampik bahwa ilmu pengetahuan bisa mengangkat derajat seseorang. Maka tak berlebihan bila Imam Syafi'i mengatakan, "Jika tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan."

Sehari selembar benang, setahun selembar kain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline