Lihat ke Halaman Asli

Hanzizar

Pengamatiran

Ganti Menteri, Ganti Kurikulum, Anak Dikorbankan

Diperbarui: 4 Mei 2025   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri pendidikan Abdul Muti (Sumber: Viva Jogja)

Saya telah mengajar selama lebih dari lima belas tahun. Di ruang kelas yang pengap, dengan papan tulis yang sudah menguning, di tengah kursi-kursi reyot yang tetap diduduki anak-anak penuh semangat. Saya melihat sendiri bagaimana anak-anak belajar bukan karena kurikulum, tapi karena mereka ingin dipahami. 

Mereka ingin didengar. Mereka ingin diakui. Namun yang terus berubah bukan kebutuhan mereka---yang terus berubah adalah sistem yang seharusnya memberi arah bagi masa depan mereka.

Indonesia bukan lagi sakit. Indonesia sekarat. Bukan karena kekurangan guru berkualitas, bukan pula karena anak-anak malas belajar. Kita sekarat karena pendidikan dikelola seperti proyek politik jangka pendek. Setiap menteri datang dengan euforia baru, dengan janji-janji perubahan, dengan slogan-slogan menawan, dan yang tak pernah absen: kurikulum baru.

Catat ini:

- 2006: KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

- 2013: Kurikulum 2013

- 2016: Revisi Kurikulum 2013

- 2020: Kurikulum Darurat Pandemi

- 2022: Kurikulum Merdeka

- 2025: Lalu apa lagi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline