Lihat ke Halaman Asli

Selamat Hari Ibu, Mama

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa hal berbeda yang saya rasakan sejak saya pulang dua minggu yang lalu. Kulit wajah mama yang dulu kencang, kini udah berangsur-angsur mengkerut. Bukan karena mama lupa pake ponds age miracle pastinya. Garis-garis itu ada menandakan sudah begitu panjangnya perjalanan mama.

Lantai rumah yang biasanya selalu licin hasil kerja keras mama sekarang tak selicin dulu. Kocak memang, menghubung-hubungkan mama dengan lantai, tapi itulah kenyataannya. Dulu, mama gak bisa ngeliat yang kotor-kotor. Kotor dikit, langsung bersihin, gak nunggu-nunggu. Jadi kesimpulannya apa? Mama udah gak sekuat dulu. Penyakit mulai datang satu persatu. Kini kolesterol mama berulah. Mama jadi lebih lemah. Kerja lembur dikit aja, langsung lemes dan sesak nafas. Asam urat mama juga gak mau kalah, terus-terusan menyerang sampai mama jalannya pincang-pincang. Saya sebenarnya khawatir sama mama, tapi saya berusaha gak menunjukkan kekhawatiran saya. Saya takut banget kehilangan mama sebelum sempat ngebahagiain dia. Emang selama ini saya ini bisanya cuma nyusahin mama terus. Bikin mama was-was. Selalu marah-marah trus bentak-bentak. Ngabisin duit buat hal-hal gak penting. Jalan-jalan kesana kemari tanpa mikir mama yang udah kangen sama saya. Kadang perasaan sesal selalu datang. Seperti biasa. Mama gak pernah bilang kalau dia sakit kalau saya jauh di kampus sana. Dia selalu ngerahasiain semua. Setelah saya tanya kenapa, mama cuma bilang "mama cuma gak pengen liat kamu khawatir. Nanti jadi gak konsentrasi kuliah, trus minta pulang". Sama seperti tahun lalu, saat mama harus menjalani pengobatan di luar kota, mama selalu bilang semua baik-baik saja. Saya baru tau mama masuk rumah sakit setelah saya sampai di rumah, cuti tahun lalu. Mama selalu berusaha membuat saya tidak khawatir dikala saya selalu membuatnya khawatir. Mama pernah cerita, kalau saya adalah anak yang paling susah dilahirkan. Mama saya sampai pasrah untuk meninggal saat itu, saking susahnya si gundul ini dilahirkan. Itulah kenapa mama selalu nangis kalau saya ngomong kasar atau marah sama mama. Sudah tak terhitung banyaknya air mata mama yang jatuh gara-gara ulah saya. Tapi apakah setelah itu mama benci saya? Tidak. Mama selalu memaafkan kesalahan-kesalahan saya. Bahkan disetiap doa mama saat saya menyakitinya ia bilang "tuhan, tolong jangan jadikan sebuah dosa apa yang anakku lakukan padaku".

hari ini, hari ibu. Saya sebenarnya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Satu mangkok ifumi atau sekedar kata 'terimakasih mama' sungguh tidak cukup membalas jasa-jasa mama. Saya takkan memberikan mama seikat bunga denga tulisan "happy mother's day", saya juga tidak akan membelikan kue-kue dengan gambar hati, tapi saya akan tunduk. Mengadahkan tangan pada tuhan dan memohon agar semua kebaikan dan kebahagian selalu dilimpahkan untuk mama. Dan tuhan, tolong izinkan saya selalu membuat senyuman di wajah itu. Mama, you're the reason why im still alive till now. [caption id="" align="alignnone" width="303" caption="saya dan mama"][/caption]

selamat hari ibu, mama. aku sayang mama.

[caption id="" align="alignright" width="400" caption="salam untuk seorang ibu di pasar payakumbuh, yang mengayuh becak tanpa kenal lelah."]

salam untuk seorang ibu di pasar payakumbuh, yang mengayuh becak tanpa kenal lelah.

[/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline