Lihat ke Halaman Asli

Laut Bercerita, Sebuah Fakta yang Menyayat Hati

Diperbarui: 22 Oktober 2019   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahu buku ini kurang lebih tahun 2017. Saya mengetahui Leila S. Chudori karena membaca Kumpulan cerpennya yang berjudul Malam Terakhir. Dari sinilah saya mencari tahu buku-buku kak Leila yang lain, dan saya menemukan novel Laut Bercerita. Judulnya bikin penasaran. 

Saat membaca judulnya saya mengira bahwa buku ini mengisahkan tentang kekayaan laut Indonesia yang memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir. Warna sampul buku pun berwarna biru dengan latar belakang laut dengan ikan yang berenang di dalamnya. 

Sempat mengira juga buku ini bertemakan petualangan. Kebetulan juga kan saya sangat tertarik dengan buku bertema petualangan. Ada satu gambar yang terlewat di mata saya, yaitu gambar kaki yang di rantai. 

Entah mengapa gambar itu tidak menjadi fokus saya, hanya gambar laut dan ikan yang berenang yang menjadi daya pikat sehingga melupakan gambar kaki dirantai yang menggambarkan isi dari buku ini.

Dua tahun berlalu, dan saya masih mengira bahwa novel tersebut adalah novel petualangan. Akhirnya Bulan September 2019 Saya berhasil membeli buku ini di International Book Fair yang diadakan di JCC Senayan, Jakarta. Hampir saja buku ini lupa tidak terbeli lagi. Saya membeli dengan harga diskon hehehe.

Ternyata buku ini menceritakan perjuangan mahasiswa di masa orde baru. Sungguh isi dalam buku ini di luar ekspektasi. "Jadi ternyata maksud gambar kaki yang dirantai di dalam laut seperti itu" gumam saya. Laut adalah nama salah satu tokoh dalam novel, Biru Laut itulah namanya. 

Lelaki pemberani yang menjadi tokoh utama dalam novel. Jadi maksud judul "Laut Bercerita" adalah si Laut, yang merupakan tokoh utama novel menceritakan kisah yang Ia dan teman-temannya alami. 

Dan maksud gambar kaki yang dirantai adalah Laut si tokoh utama yang dibuang ke laut oleh penyekapnya dalam kondisi masih disandera. Sedih. Itulah yang Saya rasakan saat membaca buku ini. Sangat sedih dan membuat Saya tahu betapa kejamnya zaman orde baru saat itu.

Penulis membagi sudut cerita menjadi dua, di awal halaman pembaca akan disajikan cerita dari sudut pandang Biru Laut, sang tokoh utama. Lalu sudut pandang kedua berasal dari Asmara, adik dari Biru laut. Dalam sudut pandang Biru Laut, diceritakan bagaimana perjuangan Biru Laut dan Teman-temannya yang pada saat itu semua mahasiswa untuk berjuang menuntut pemerintah atas segala kekacauan-kekacauan yang terjadi di Indonesia. 

Penulis menceritakan bagaimana Biru Laut dan teman-teman mahasiswanya membentuk sebuah organisasi Winatra, Taraka, dan Wirasena. Organisasi ini terdiri dari mahasiswa dengan berbagai latar belakang yang mempunyai persamaan tujuan dan cita-cita untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih baik. 

Organisasi ini lahir dan tumbuh di Yogyakarta. Namun rencana tersebut ternyata tidak disukai oleh pemerintah yang menganggap mereka sebagai organisasi berbahaya dan selalu berusaha menggagalkan setiap kegiatan mereka. Sampai pada akhirnya satu persatu aktivis ditangkap dan disekap. Mereka diintrogasi, dikurung, bahkan disiksa secara tidak manusiawi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline