Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Sendiri Dulu

Diperbarui: 22 Maret 2023   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku telah lama duduk di sini. Di bangku taman sudut kota tempat biasa kita menamatkan cerita.

Sambil menunggu sepi menggugurkan keheningannya menjadi puisi. Dan engkau terbiasa menggenggam jariku yang terluka.

Harum tubuhmu. Lekuk bibirmu. Bagai gubuk-gubuk mimpi di dalam tidurku yang tak lagi bisa ku sentuh.

Sementara bulan muncul diam-diam dari ujung rambutmu yang jatuh di bahu.

Dan akhirnya kita harus berpisah. Melambaikan kedua tangan yang sama-sama lelah memeluk cinta.

Matamu menyembunyikan sesuatu yang dulu aku sebut rindu. Dadaku bergetar melepas seluruh kecup yang pernah jatuh dari bibirmu.

Sendiri dulu katamu. Bukankah kita di takdirkan begitu. Sendiri di jalan menuju persimpangan yang jauh tertempuh.

Biarlah sementara waktu hujan menjadi teman kesepian bersama lampu-lampu taman yang redup di rerimbunan kesunyian.

Kita ditakdirkan menjadi petualang. Mengembara dan mengembara menuju keabadian.

Bukankah kita datang tanpa memiliki apa-apa. 

Dan aku masih sering duduk di sini. Menyendiri dan menepi.

Di taman tempat biasa kau menggenggam jariku yang terluka.

Handy Pranowo

22 Maret 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline