Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Dalam Suatu Masa

Diperbarui: 19 Juni 2017   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku adalah pengembara yang selalu ingin menemukan rumah di mana saja dengan halaman yang luas penuh warna-warna. 

Aku selalu berpikir akan kehidupan bebas merdeka tak ada satu pun yang memiliki diriku kecuali yang paling Maha. 

Aku layaknya air yang terus mengalir di sungai dan bermuara di samudera yang terhampar luas, 

layaknya angin yang terus berhembus di atas pusara langit tanpa batas.

Aku ingin selalu hadir di setiap musim, menjelma menjadi apapun yang ku mau. Dan dalam gemericik kabut aku menjadi gerimis 

yang tak jenuh menciumi ubun-ubun embun setiap pagi. Hingga bunga-bunga ungu bermekaran menyambut kupu-kupu menari.

Ketahuilah, aku menyukai apapun yang ku jumpai dalam perjalanan termasuk ketika bertemu sebuah bangku taman tanpa penghuni yang penuh dengan dedaunan. 

Di situlah aku melihat bayanganku sendiri sedang duduk mengimani keheningan. Berdzikir dalam kewajaran, dengan suara halus tak terdengar.

Lalu ingatanku merenangi palung senja yang paling dalam hingga tak nampak lagi bayanganku kecuali selembar malam yang telah di utus menutupi kelam. 

Di situlah aku mencium aroma rahim ibu, mencium aroma nafasnya yang lembut bagai susu. Dan ku nikmati waktu yang berhenti di urat nadinya itu.

Kini langkahku makin kian terhenti, bekas tapak-tapak sepatu pengembara di tanah merah telah di paksa menyerah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline