Lihat ke Halaman Asli

hanaarwiendash

Without you i cant imagine the world

Meneladani Kepribadian Rasulullah Ketika Berdiplomasi (Diplomasi Moral)

Diperbarui: 20 Oktober 2019   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diplomasi Islam merupakan diplomasi yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah menggunakan hidup dengan semaksimal mungkin dan tidak membuang waktu-waktu beliau. Rasulullah pun tidak pernah berputus asa ketika beliau menyiarkan agama Allah, Rasulullah selalu optimis dalam kehidupannya. Ketika Rasulullah menyiarkan agama Allah, Rasulullah terus bersabar dan tidak pernah marah, serta memaafkan siapa saja yang pernah berusaha menyakitinya hingga membunuhnya. Rasulullah ketika berdiplomsi bersikap sangat sopan, , arif dan memaafkan tatkala berinteraksi dengan teman ataupun dengan lawan, beliau juga beragumentasi dengan baik, ucapan beliau sangat lembut dan tidak menyinggung pihak manapun, tidak melukai, bahkan menjatuhkan pihak lawannya. 

Tidak sebagaimana diplomat konvensional yang lebih cenderung untuk melakukan segala sesuatu dengan pasif dan memandang orang lain dengan pandangan curiga, Rasulullah justru menyambut setiap orang dengan mengucapkan salam dan kedamaian. Bahasa yang digunakan Rasulullah juga bahasa yang mudah ditangkap oleh lawannya, dan didalamnya tidak terdapat ambiguitas. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal tak perlu dijawab. Kata rasulullah, perkataan yang baik adalah orang yang mapu mengungkapkan kata-katanya dengan rasional, dan pada kaum muslimin diwajibkan untuk menggunakan kata yang baik dan bijak, sebab kata yang jelek akan menghasilkan iri hati, kebencian, perpecahan, bahkan perselisihan. 

Diplomasi bagi Rasulullah merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Jika tujuan yang mulia, maka ia tidak bisa dicapai dengan mempergunakan sarana yang tidak suci dan tidak mulia. Maka dasar itulah beliau memberikan basis mral pada diplomasi dan seni negosiasi. Dalam berdiplomasi , rasulullah tidak menyimpang dari prinsip-prinsip islam yang beliau ajarkan kepada kaum muslimin. Tujuan akhir dalam berdiplomasi bukan hanya semata-mata untuk menang dan mencapai tujuan akhir, tetapi yang Rasulullah inginkan untuk mencapai kedamaian dan kebenaran. Rasulullah selalu mampu melakukan negosiasi dalam masalah sekompleks apapun dengan cara yang yang, tenang dan amanah. 

Menjaga amanah tidak hanya pada menjaga amanah yang berupa kekayaan, tetapi menjaga amanah itu mencakup seluruh dalam bidang dalam kehidupan kita di seluruh bidang, dan janganlah sesekali kamu merusak amanah tersebut. Oleh karena itu kejujuran dan keimanan sangat ditekankan, dan dalam diplomasi hal tersebut jauh lebih penting untuk ditegakkan. 

Referensi :

Iqbal, Afzal."Diplomasi Islam". (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2000)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline