Lihat ke Halaman Asli

Jancok, Damput, dan Ngateli

Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengumpat jancok, damput, dan ngateli (Freepik)

Untuk kawasan daerah Jawa (Jawa Timur khususnya) kata jancok, damput, asu, dan ngateli tidaklah asing di telinga mereka. Kata-kata ini sangat ngetren untuk anak usia muda di seluruh Jawa Timur (surabaya khususnya), karena seolah kata ini sebagai bahasa gaul sesama mereka  yang tidak menyinggung satu sama lain.

"hoi yok opo kabare cok?"

"wapik ae su, kon ratau ketok tak kiro wes modar, cuk"

"hwhahahah matamu matamu modar, cok"

Walau terdengar sangat akrab, tetapi hanya untuk kalangan mereka sendiri, untuk orang tua atau orang lain masih terdengar tidak enak karena arti sebenarnya adalah perkataan kotor.

Jancok atau Jancuk

Awal mula kata ini sebenarnya diencuk yang artinya ditusuk dalam bersetubuh, dari kata "encuk". Kemudian seiringnya waktu berubah menurut lidah yang dirasa pas oleh pengguna. Diancok, diancuk, djancok, jancuk, dancok, dancuk.

Damput

Kata ini maknanya tidak jauh beda dari kata diancuk. Damput berasal dai kata diamput yang artinya diapit dalam hal persetubuhan. Dari kata diamput kemudian berubah menjadi damput.

Asu, Jaran, Wedus, Jangkri

Sepertinya kata ini tidak perlu dibahas karena semua sudah tahu kata ini adalah penyebutan hewan yang tentu hewan kelasnya lebih hina dari pada manusia karena setiap manusia tidak akan mau disamakan dengan hewan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline