Lihat ke Halaman Asli

Gus Noy

TERVERIFIKASI

Penganggur

Puisi | Sandal Jepit Putus

Diperbarui: 21 November 2019   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah kuturunkan kepalan
Langit tetaplah langit
Putih atau kelabu selalu ada

Di jalan aspal kotamu
Aku melangkah terseok-seok
Menyeret sandal jepit putus
Kamu melaju dengan mobilmu
Mencari restoran untuk diskusi kecil
Tentang kertas putih berubah merah jambu
Tentang tepuk tangan dan namamu dielu-elukan

Sandal jepit putus adalah jengkalan pijakan
Menyimpan sejumput jejak sajak
Tentang suatu perhentian di tepi waktu
Debu-debu kuseka dari telapakku

Aku tidak akan mengepal lagi
Biarlah langit melipat lembaran kumal gambarku

Aku telah memekarkan jemari
Menanggalkan sandal jepit putus
Mengusap setiap permukaan yang akan kujelajahi
Di kampung dan kota-kota saujana
Dengan telapak telanjang

Kamu masih mengepal meninju langit
Melaju mencari restoran dan diskusi-diskusi
Tentang kertas putih menjadi merah jambu
Sebab bumi menumbuhkan duri-duri di telapakmu
Debu-debu menutupi matamu
Tawa dan jeritan menyumpal telingamu

Biarlah sandal jepit putus ini
Menampar-nampar wajahmu

*******
Ruang Lebur, Cibubur, 20 November 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline