Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sandal Jepit Putus

21 November 2019   05:42 Diperbarui: 21 November 2019   05:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah kuturunkan kepalan
Langit tetaplah langit
Putih atau kelabu selalu ada

Di jalan aspal kotamu
Aku melangkah terseok-seok
Menyeret sandal jepit putus
Kamu melaju dengan mobilmu
Mencari restoran untuk diskusi kecil
Tentang kertas putih berubah merah jambu
Tentang tepuk tangan dan namamu dielu-elukan

Sandal jepit putus adalah jengkalan pijakan
Menyimpan sejumput jejak sajak
Tentang suatu perhentian di tepi waktu
Debu-debu kuseka dari telapakku

Aku tidak akan mengepal lagi
Biarlah langit melipat lembaran kumal gambarku

Aku telah memekarkan jemari
Menanggalkan sandal jepit putus
Mengusap setiap permukaan yang akan kujelajahi
Di kampung dan kota-kota saujana
Dengan telapak telanjang

Kamu masih mengepal meninju langit
Melaju mencari restoran dan diskusi-diskusi
Tentang kertas putih menjadi merah jambu
Sebab bumi menumbuhkan duri-duri di telapakmu
Debu-debu menutupi matamu
Tawa dan jeritan menyumpal telingamu

Biarlah sandal jepit putus ini
Menampar-nampar wajahmu

*******
Ruang Lebur, Cibubur, 20 November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun