Lihat ke Halaman Asli

Syabar Suwardiman

Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Kang Daday dan Lailatul Qadar

Diperbarui: 12 Mei 2021   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Lailatul Qadar / sindonews.com

"Benarkah Kau akan meninggalkan kami?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Kang Daday.

Tamu agung itu tersenyum. "Setiap tahun aku pasti datang".

"Ya setiap tahun Engkau pasti datang, tapi apakah Aku masih bisa menemuiMu?" sergah Kang Daday.

Dua tahun ini ketika engkau datang menemui kami, kami sedang dalam keadaan duka.

Tahun pertama bahkan sangat tidak maksimal menjamuMu, kami meninggalkan masjid-masjid tempat paling layak untuk menjamuMu.  Tahun kedua kami masih sangat terbatas menjamuMu, tiba-tiba Kau akan pergi, pulang menemui RabbMu.

Tamu istimewa yang membawa banyak kebaikan itu akan pulang. Sebulan menemui kita secara khusus, melipatgandakan semua kebaikan. Tamu utusan khusus dari Sang Rabb, membawa pesan khusus, "pintu rahmat terbuka lebar".  Bahkan membawa bonus yaitu malam khusus yang bernama lailatul  qadar.  Siapa yang mampu meraihnya maka akan meraih kebaikan setara dengan 1000 bulan. 

Sore itu, hari Sabtu menjelang empat hari menuju lebaran, Kang Daday merenung, benarkah ia sedih akan ditinggalkan tamunya.  Bukankah dulu juga tak pernah menyediakan waktu khusus untuk tamunya. Terutama sepuluh malam terakhir ketika tamunya sudah pasti akan memberikan derajat kebaikan yang setara 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun, melebihi rerata usia manusia.

Dalam hati Kang Daday berkelit, bukannya tidak mau tapi aku hanya seorang pekerja yang tetap harus masuk kerja pada pagi harinya. Namun hatinya yang paling dalam membantah,  bukankah sekarang juga banyak bekerja dari rumah sejak pandemi melanda lebih dari setahun lalu? Pernahkah memanfaatkan malam ganjilnya saja untuk beritikaf?  Bukankah masjid sudah dibuka secara terbatas selama mengikuti  prosedur kesehatan?

Muka Kang berubah, hanya dia yang tahu. Bukankah di tahun-tahun sebelumnya sebelum pandemi datang ia malah masih sibuk mencari diskonan di mal-mal yang ada di kotanya. Sambil terus berharap mendapat tambahan bonus di luar THR, agar ketika mudik ke kampung bisa menunjukkan keberhasilan dirinya di kota, sambil berbagi uang kepada sanak saudaranya.

"Pak ayo dong kapan ke mal, teman-teman sudah pada beli pakaian masa Tika belum Bapak beliin?"  Rengek Tika dengan sedikit manja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline