Lihat ke Halaman Asli

Gurgur Manurung

TERVERIFIKASI

Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Kompasiana Menjadi Album Pemikiran dan Upgrade Diri

Diperbarui: 23 Oktober 2020   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi 

Saya bergabung ke Kompasiana tahun 2015 dan nama yang kuingat adalah Tjiptadinata dari Padang. Ketika itu Kompasiana adalah tempat "pembuangan" tulisan saya yang ditolak media Konvesional.

Tidak lama saya menulis di Kompasiana ketika itu karena ada teman meminta saya menulis di media online. Tempat "pembuangan" tulisan yang dimuat di media konvesional berganti.

Di awal masa pandemi Covid19 saya teringat Kompasiana dan saya tertarik lagi dengan Kompasiana. Saya terkejut dengan ramainya Kompasiana. Hal yang pertama kucari adalah Tjiptadinata dan ternyata ada dua  yaitu Roselina Tjiptadinata.

Dalam persepsi saya tahun 2015 bahwa Tjiptadinata adalah orang paling jujur se-Indonesia, paling rendah hati se-Indonesia dan kini menemukan istrinya ibu Ros yang lebih jujur, lebih rendah hati dan keduanya ingin berbagi.

Bagi saya, pasangan ini adalah sempurna. Hidup bahagia dari kejujuran, kerendahan hati dan hidup berbagi. Saya ingin menulis di hari tua seperti mereka. Tetapi, mungkinkah?. Mereka menuliskan pengalaman yang mendunia, padahal pengalaman saya hanya di wilayah Danau Toba. 

Kalau dulu Kompasiana sebagai tempat "pembuangan" tulisan yang ditolak media konvesional kini berubah menjadi yang utama.  Menulis di Kompasiana menjadi prioritas karena sangat menarik.

Di Kompasiana jelas kelihatan apakah ada pembacanya dan ada pula yang memberi penilaian. Soal K-Rewards tidak pernah saya pikirkan. Saya pikir, Kompasiana sebagai album tulisan saja sudah tak ternilai dampaknya.

Apa yang saya pikirkan dana kerjakan saya tulis di Kompasiana. Fungsi tempat pemikiran dan rasa galau dihati saja nilainya luar biasa (unlimited value).  Apalagi Kompasioner adalah tempat  pemberi pujian. Ciri khas Kompasioner adalah senang memuji. Pujian yang tulus loh. Terasa tulusnya loh.

Selain Kompasiana sebagai tempat mendapat pujian, juga tempat kita menyegarkan diri. Mulai dari cara menulis yang kocak dan berbobot ala Felix Tani, menulis puisi ala Fatmi Sunarya dari Kerinci, Jambi, Lusy Pasaribu dari Rantau Parapat.

Fatmi Sunarya berhasil membawa makna kehidupan dengan alam sekitar hingga ke relung hati yang terdalam. Lusy Pasaribu mengulas perasaan cinta dengan si dia. Fatmi Sunarya menyadarkan kita akan indahnya hidup dengan alam. Fatmi Sunarya, layak mendapat penghargaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline