Lihat ke Halaman Asli

guntursamra

Abdi Masyarakat

Puisi | Rembulan

Diperbarui: 11 Mei 2019   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelah yang terbujur garang menggelayut pada wajah ikhlasmu malam ini. Kulihat merekah, menantang pekat dengan kawannya yang kau namai sunyi. Bukankah ini saatnya, cerita bercerita tentang lakumu siang tadi?. Bukankah, aku dengan sepiku sedari tadi menunggu beritamu?

Aku tak mau tau, apa saja tentang kabar yang kau lipat dalam saku benakmu hari ini. Sebab, lautan pahamku telah menipiskan batas antara riak suka dan gelombang duka. 

Lalu, mengapa masih bersembunyi di kejauhan, pada jarak yang nyaris nalarku sulit menggapainya. Kalaupun itu, adalah keresahan yang telah tersobek menjadi serpihan, izinkan aku untuk membingkai kepingannya kembali, meskipun kusadari kesempurnaan adalah milikNya.

Andaikan kau tau, penat dan sepi itu, telah menghukum rembulan dipunggungku. Rembulan, yang sampai detik ini tetap kuselimuti dengan kerudung cinta pada matamu. Rembulan, yang tetap setia mengingatkanku untuk selalu kembali dari pencarianku. Rembulan, yang tak pernah lelah bersinar untuk menuntunmu dalam kegelapan.

Andaikan kau tau....

Sinjai,  11 Mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline