Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Rembulan

11 Mei 2019   22:53 Diperbarui: 11 Mei 2019   23:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelah yang terbujur garang menggelayut pada wajah ikhlasmu malam ini. Kulihat merekah, menantang pekat dengan kawannya yang kau namai sunyi. Bukankah ini saatnya, cerita bercerita tentang lakumu siang tadi?. Bukankah, aku dengan sepiku sedari tadi menunggu beritamu?

Aku tak mau tau, apa saja tentang kabar yang kau lipat dalam saku benakmu hari ini. Sebab, lautan pahamku telah menipiskan batas antara riak suka dan gelombang duka. 

Lalu, mengapa masih bersembunyi di kejauhan, pada jarak yang nyaris nalarku sulit menggapainya. Kalaupun itu, adalah keresahan yang telah tersobek menjadi serpihan, izinkan aku untuk membingkai kepingannya kembali, meskipun kusadari kesempurnaan adalah milikNya.

Andaikan kau tau, penat dan sepi itu, telah menghukum rembulan dipunggungku. Rembulan, yang sampai detik ini tetap kuselimuti dengan kerudung cinta pada matamu. Rembulan, yang tetap setia mengingatkanku untuk selalu kembali dari pencarianku. Rembulan, yang tak pernah lelah bersinar untuk menuntunmu dalam kegelapan.

Andaikan kau tau....

Sinjai,  11 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun