Lihat ke Halaman Asli

Kraeng Guido

Petani Cengkeh

Oe Kawan, Semoga Puasanya Lancar Ee

Diperbarui: 7 Mei 2019   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Erabaru.net

Sebagai pembuka, saya ingin mengucapkan 'Asalammualaikum' kepada saudara muslim sebangsa setanah air, yang sedang khusyuk berpuasa menyambut hari suci yang penuh berkah ini.

Pada tulisan kali ini saya ingin sedikit berbagi cerita terkait 'Kemanggaraian" saya dalam memaknai perbedaan keyakinan atau lebih singkatnya terminologi keimanan dalam konteks masyarakat di Pulau Flores.

Orang Flores memaknai toleransi agama salah satunya dengan cara sederhana, dalam sajian makan, ya apalagi pasca moment-moment krusial seperti pada saat hari raya. Mayoritas orang Flores beragama Katolik. Pada saat yang sama, kebanyakan orang Flores yang Katolik memiliki saudara dalam satu pohon keluarga, atau bahkan keluarga dekat yang beragama Islam. Paling tidak, kami punya tetangga yang beragama Islam.

Nyatanya kami disini rata-rata memiliki Suku yang sama, adat juga sama, tapi agama beda. Meski begitu, kami saling menghormati. Dan yang paling sederhana bagaimana kami bertoleransi dalam urusan makan. Dalam tradisi masyarakat Flores, ketika kami punya hajatan, hampir pasti kami menyembelih babi.

Tentu, saudara muslim yang taat menghindari makanan yang mengandung babi karena umat Islam meyakini babi haram. Namun, tetamu muslim tak perlu khawatir. Si empunya hajat hampir pasti menyediakan dari jenis daging hewan yang tak haram. Biasanya sapi, kerbau, atau kambing.

Alam kas suru kita biar hidop tu kaya ade kaka dan anggap samua sato kaluarga (Alam menuntut kami untuk hidup penuh toleransi)

Foto Bazar pengumpulan dana perbaikan masjid dan gereja dikampung/dokpri

Diatas itu foto bazar, ya budgetnya memang tidak seberapa (hehehe). Tapi dalam kertas kecil itu semangat solidaritas kami sebagai mahluk yang berTuhan terpatri. Saya pribadi merasa senang dengan inisiatif pengadaan bazar ini kemarin oleh beberapa orang. Alhamndunilah, Tentu niatnya mulia dan sangat berarti ditengah hiruk pikuk orang-orang dikampung menyiapkan segala sesuatu demi menyongsong hari raya.

Kendati, alam memang menuntut kami untuk hidup dalam kebersamaan. Itulah mengapa budaya patrinealistik masih amat kental dan kokoh bagi kami masyarakat flores pada umumnya. Semangat sosial kami tak terlekang waktu dan tempat, buktinya hubungan baik itu tetap terbina ditengah merebaknya virus intoleransi ditanah air kita ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline