Lihat ke Halaman Asli

Guıɖo Arısso

TERVERIFIKASI

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Nakeng Sabi, Tradisi Masyarakat Manggarai yang Mulai Hilang

Diperbarui: 23 Oktober 2020   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas menyembelih babi hasil buruan di Desa Wangkung, Manggarai Barat, Flores (Dok. Guido đe Arisso)

Dalam komunitas adat Manggarai, ada sebuah tradisi yang dikenal dengan nama nakeng sabi.

Nakeng sabi diterjemahkan sebagai nakeng= daging hewan dan sabi= pemberian secara cuma-cuma/gratis. Dengan begitu, nakeng sabi adalah daging hewan yang dibagikan secara cuma-cuma.

Sementara terkait daging hewan yang dibagikan itu biasanya berupa daging babi, rusa, sapi, dan kerbau. Jumlah daging yang dibagikan pun varian, tergantung si pemberi daging.

Adapun daging hewan yang dibagikan itu adalah daging hewan hasil tangkapan di hutan dan sebagian kecilnya hewan peliharaan.

Sebelum hewan hasil tangkapan dan peliharaan itu disembelih, biasanya sang pemilik hewan memberitahukan terlebih dulu ke tua golo (tua adat) setempat. Bahwasannya, akan ada penyembelihan hewan.

Hal ini harus diketahui oleh tua golo, lantaran dialah pemimpin di kampung itu. Selebihnya, karena daging penyembelihan yang dimaksud akan dibagi-bagikan ke seluruh warga.

Lebih lanjut, setelah tua golo diberitahu, selanjutnya sang pemilik hewan akan mengundang kaum bapak dari setiap rumah untuk julu/seang (menyembelih) hewan secara bersama-sama. Lokasi penyembelihan biasanya dilangsungkan di kebun atau di pinggir bantaran sungai yang letaknya dekat kampung.

Di setiap kampung di Manggarai pasti memiliki dua atau tiga orang yang memiliki keuletan dalam hal julu. Bisa dikatakan mereka adalah chef dalam bidangnya. Mereka ini tak hanya ulet tapi juga memiliki parang khusus untuk julu hewan.

Pada saat proses penyembelihan itu, semua orang dilibatkan dan masing-masing diberi tugas. Ada yang bertanggung jawab mencari kayu bakar, tapa (mengurusi pembakaran), seang (menyembelih), kere (mengiris-iris daging hingga tipis), suat tuka (membersihkan usus dari kotoran), dan lege tuak (menuangkan minuman penghangat kedalam sloki).

Tuak (OH) pada dasarnya tidak akan pernah jauh dari komunitas masyarakat adat Manggarai. Apalagi bila disandingkan dengan momen nakeng sabi ini, misalnya.

Tungku pembakaran dari batu-batu (Dokumentasi pribadi)

Setelah urusan penyembelihan sudah selesai, berikutnya adalah kegiatan pembagian daging. Masing-masing pihak akan mendapatkan porsi sama rata. Kami di Manggarai menyebutnya dengan sa ata sa sako (satu ikat setiap orang).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline