Lihat ke Halaman Asli

steven tamstil

Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Secret Club- Chapter 24

Diperbarui: 3 Mei 2019   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 24: Brothers
Narator: Frederick Henderson Sibarabara (Freddy)

Kakak saya selalu saya idolakan. Dia selalu menjadi kebanggaan keluarga saya. Papa dan mama juga suka memuja dia dan menceritakan kepada semua orang. Dia pernah menangkan pertandingan olah raga apapun. Dia telah mendapat penghargaan dan juga mendapat beasiswa dari sekolah-sekolah ternama. Semua siswa di sekolah juga mengidolakan dia. 

Kakak saya ini juga pandai bergaul dengan teman-teman dan dia sangat ramah dengan orang-orang disekitarnya. Dia pernah dipilih sebagai president di sekolah kita yang dulu. Dia benar-benar seperti manusia yang sempurna.

Setelah dia lulus sekolah, dia bersekolah di luar negeri di London. Saya dipindahkan ke sekolah baru yaitu Sekolah Santo Clarice. Sekolah ini lah aku sering dibully oleh anak-anak yang lebih besar. Kalau di sekolah dulu aku jarang sekali dibully oleh anak-anak senior, sebab mereka takut akan kakak saya. Kakak saya suka disebut Henry yang si perkasa.

Meskipun dia bersekolah jauh, kita masih berkomunikasi dengan Skype. Dia suka bertanya keadaan di rumah, terutama keadaan saya di sekolah. Dia lebih memperhatikan saya. Di  rumah papa suka membanding-bandingkan saya dan kakak. Sedangkan mama hanya berdiam diri dan tidak berkata apa-apa. Kakak suka berkata bahwa dia tidak menyukai di rumah dan dia rindu akan di rumah ini. 

Dia tidak suka dengan papa yang suka memerintah dia untuk mendapat nilai lebih dan harus mendapat rangking paling tinggi di sekolah. Tak lama kemudian, dia tidak kontak lagi. Dia tidak mengucapkan kata-kata apapun. Dia jarang sekali menelpon ke rumah. 

Dia cuma menyibukan dirinya dengan pekerjaan sekolahnya. Saya jarang sekali melihat dia tersenyum sekali lagi. Dia selalu melihat senyum yang ramah saat masih di rumah.

------------0-------------

Setelah sekian lama, akhirnya aku bertemu dengan kakak saya. Kali ini dia menunjukan senyumnya dia. Senyumnya dia ini bukanlah senyum yang ramah, melainkan senyum yang dingin. Tatapan mata Kakak saya, bukanlah tatapan mata yang penuh optimistik melainkan mata yang penuh ambisi. Saya merasakan bukan orang yang berdiri di depan saya bukanlah kakak saya yang saya kenal dulu.

Setelah Kakak saya mengklik jarinya. Natalia cuma terdiam sementara dan Natalia dengan tiba-tiba menyerang Quazarot. Quazarot menghindari serang Natalia. Serangan pertama dari Natalia berupa tendangan yang sangat keras mengenai tangan Quazarot, hingga pistolnya terpental dari tangannya.

Natalia tetap menyerang Quazarot dan Quazarot juga menghindar dari serangannya. Quazarot tidak membalas serangan dari Natalia. Serangan Natalia terlihat sangat keras sekali dan sangat cepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline