Lihat ke Halaman Asli

Viride

penulis

Sabar, Cinta dan Gemezzz

Diperbarui: 13 Desember 2018   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (foto:pixabay.com)


Hehehe ... nyengir dulu ahh

Sabar, cinta dan gemezz. Tiga point ini adalah beberapa hal yang mengiringi proses menulis saya.

* Sabar.
Dulunya. Wah, kesannya tua sekali ya hehe ... Uumm, saya sering mendengar kalau sabar itu ada batasnya, tapi setelah mendengar dari ustad dan ustadzah, ternyata yang benar adalah, sabar itu tiada batasnya. Bahkan di Al-Qur'an ada kalimat yang berbunyi :

"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu."

Berarti, ini jelas hal yang harus selalu dipegang dalam kehidupan termasuk dalam hal menulis. Di jaman-jaman saya memulai menulis, hampir semua cerita yang saya buat hanya berupa dialog. Begini, biasanya tiap cerita selalu ada ungkapan-ungkapan tiap akhir dialog, entah itu tokohnya sedang marah, senang, santai atau lagi cuek. Nah, saya tidak pernah memberikan narasi atau penjelasan apa pun dalam tulisan saya.
 
Semua hanya dialog dan dialog, karenakan saat itu saya lagi gemar-gemarnya banyak bicara dan berdebat hingga jadi kebiasaan sampai terbawa saat menulis.

Saya, umm ... benar-benar tidak sabar. Malas hanya untuk membuat penjelasan yang memang penting dalam membuat cerita. Bayangkan, bagaimana pembaca bisa mengerti apa yang terjadi pada tokoh dan kejadian dalam cerita saya kalau tidak ada penjelasan di sana. Hanya menentukan tempat dan selebihnya semua dialog.

Hemm, (geleng-geleng kepala) benar-benar hanya dialog. Boleh saya nyengir lagi, terima kasih. Mari kita lanjutkan. Seorang penulis yang saya lupa namanya pernah mengatakan.
"Menulis itu seperti orang hamil, jadi harus sabar."

Saat, membaca kutipan itu spontan saya memegangi perut. Seolah-olah seperti seorang Ibu yang siap hamil. Penulis itu menjelaskan, bahwa dalam menulis diperlukan kesabaran.

Untuk membangun sebuah cerita diperlukan tokoh, tempat kejadian, sebab akibat terjadinya cerita, dan ending yang memesona.

Ada lagi seorang penulis wanita di Indonesia yang juga saya lupa namanya, pernah mengatakan, kalau dia mampu membuat cerita pendek hanya dalam waktu tiga jam. Wah, saya terkagum saat mendengar pengakuannya. Saya pernah mencoba hal yang sama, tapi ternyata saya tidak bisa hehe ....

Lain lagi dengan penulis cerita pendek bernama, Tobias Wolf, kali ini saya ingat namanya, karena sempat saya catat hehehe ... Penulis handal dengan cerita-cerita pendeknya ini membutuhkan waktu paling cepat 6 minggu dalam menulis cerita pendek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline