Lihat ke Halaman Asli

Kisah 47 Ronin: Belajar Kepemimpinan dari Samurai

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

by John Allyn, Theresa Dewi (Translator) Sebuah kisah yang luar biasa. Tentang kesetiaan dan juga perjuangan. Setelah sekian lama mendekam di dalam laptop saya akhirnya selesai juga bacanya... fiuuhh~! Lord Asano, seorang daimyo yang menentang korupsi dan juga kesewenangan kekuasaan, dihukum mati karena melukai dan menghunuskan pedang pada Lord Kira yang licik dan juga korup di istana shogun. Peraturan yang berlaku di istana shogun adalah dilarang mempergunakan senjata, dan Lord Kira sengaja memancing amarah Lord Asano untuk mencabut pedangnya. Hal ini membuat Oishi, anak buahnya, seorang samurai kepercayaan Lord Asano, mengumpulkan teman-temannya sesama ronin (samurai tak bertuan) untuk membalas dendam atas kematian majikan mereka. Upaya mereka tidaklah mudah dan penuh dengan pahit getir perpecahan dan selisih pendapat di antara kelompok mereka, serta banyaknya anggota yang kemudian mengundurkan diri. Selain itu, mereka juga harus berusaha keras untuk mengecoh mata-mata yang diutus oleh Lord Kira yang ketakutan dan mengkhawatirkan aksi balas dendam mereka. Yang luar biasa dari novel ini, menurut saya, adalah pembaca diajak untuk mengenal nilai-nilai budaya luhur Jepang, serta nilai-nilai moral yang dianut oleh samurai. Menjadi samurai adalah jalan hidup yang penuh pengabdian, ketekunan, keteguhan hati, serta kesetiaan yang berarti bahwa seorang samurai tak berhak hidup di bawah langit yang sama dengan musuh majikannya. Saya salut akan strategi Oishi untuk mengecoh mata-mata lawan, serta keteguhan dirinya untuk membuang segalanya, bahkan sampai menceraikan anak dan istrinya, demi mencapai tujuannya. Tambahan lagi, yang saya sukai adalah cara pengarangnya, John Allyn, yang menggambarkan dengan tepat bagaimana cara orang Jepang zaman dulu yang hendak mengingatkan orang lain dengan cara menyindir secara halus tanpa bermaksud membuat malu orang tersebut. Mereka sangat menjunjung tinggi kehormatan diri dan orang lain. Dalam novel ini juga jelas mengajarkan tentang kepemimpinan Oishi menghadapi polemik dan kecamuk batin anak-anak buahnya. Ia mencontoh dari majikannya, Lord Asano. Betapa pemimpin yang berdedikasi serta tegas akan terus dikenang, diikuti dan dihormati, bahkan setelah ia mati... Bersulang untuk Lord Asano! (mendambakan kapan ya Indonesia sekarang bisa memiliki figur pemimpin seperti itu... :p) >>more review, more recommended books on: http://sihirkata.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline