Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Gitu Amat Bikin Konten

Diperbarui: 11 Februari 2023   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Clown oleh Mikey Dabro (pexels.com)

Semua orang bebas membuat dan mengunggah konten di akun medsos miliknya. Aktivitas ini jelas menjadi nadi kehidupan platform medsos. Tanpa konten berarti minim interaksi pengguna. Minim interaksi berarti minim diskusi dan obrolan pengguna. Dan minim pengguna berarti minim biaya operasional dan sustainability.

Content is king. Bagi pengguna silent, ngonten cukup orang lain saja melakukan dan menikmati. Bagi pengguna casual, ngonten adalah aktivitas senggang dan tidak terlalu serius. Bagi pengguna active, ngonten berarti berkomunikasi, bersosialisasi, dan eksis. Bagi pengguna oriented, ngonten berarti cuan, portfolio pribadi, dan berjejaring bisnis.

Banyak pengguna yang mencoba mencapai tahap oriented. Konten sepele miliknya menjadi viral dan mendapat banyak engagement. Namanya melambung dan dikenal di kehidupan nyata. Serasa diri menjadi the next rising selebgram. Tapi buntu saat mau membuat konten yang kembali viral. Karena konsep konten viral miliknya jadi membosankan dan direproduksi pengguna lain.

Kreativitas menjadi kunci agar kembali mendapatkan predikat viral, trending, atau FYP. Dari 20 konten, satu konten bisa viral saja sudah beruntung. Bisa setidaknya menambah follower dan engagement. Sensasi mendapatkan label viral menjadi candu. Yang penting kuantitas konten terus dikebut. Urusan kualitas diurus belakangan.

Ngonten pun menjadi tuntutan sekaligus candu. Tuntutan followers diikuti saja demi mendapat view, like, share, dsb. Mengikuti mau followers berarti menaikkan pamor. Mendapatkan pamor berarti bisa mengundang followers baru. Ribuan atau jutaan followers baru berarti potensi monetisasi konten.

Membuat konten menjadi aktivitas rutin, atau bisa dibilang berjuadi. Konten jelek akan beresiko dirundung ramai-ramai followers dan netizen. Kemarahan mereka dapat berarti aktivitas cancel. Dengan kata lain, konten hambar, biasa saja, dan tidak edgy mengindikasikan kegagalan diri sebagai content creator.

Kreativitas yang lurus-lurus saja mulai dibubuhi sensasi. Karena melihat dan mengamati medsos, konten sensasi dan provokasi menjadi magnet interaksi. Tetap, sensasi dari sebuah konten akan semakin surut sensasinya. Durasi konten viral yang begitu cepat berubah. Duplikasi, plagiarisme dan pencurian konten menjadi fenomena di depan mata. Tak jarang mengalami sendiri.

Sensasi pun perlu ditingkatkan. Mulailah kreativitas konten demi sensasi menabrak etika dan norma.  Tuntutan konten yang fresh dan menghibur dapat berarti berpikir dan bertindak out-of-the box. Menabrak etika dan norma adalah sensasi cepat, efisien, dan masif untuk men-trigger limpahan engagement.

Peduli kata orang dan jejak digital apa. Membuat konten menurut si content creator adalah memenuhi sakaw pada social gesture, komen, like dan share. Yang terpenting dan prioritas adalah semua mata tertuju kepada konten. Bodo amat konten positif atau negatif. 

Tidak ada segregasi jelek atau bagus konten di medsos. Dalihnya tetap, konten tadi tidak ditujukan pada segmen pembaca yang julid dan marah. Netizen yang multi perspektif, menormalisasi, dan apatis merasa konten tidak memiliki makna selain entitas mencari cuan dan perhatian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline