Lihat ke Halaman Asli

gijenal

hearer

Puisi | Berawal Dari Curhat

Diperbarui: 8 Oktober 2018   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

liveinternet.ru

Ada langit warna jambu yang masak di ujung bola mata yang hampir terisak. Sesak. Begitu katamu kala mengingat masa itu. Dan berjanji untuk esok hari pada diri sendiri. Sementara kopi kita tinggal setengah. Terengah kau menjiwai liku cerita yang kau senandung kembali. Hampir klimaks, aku terus menyimak, bendung di matamu makin menyeruak. 

Kedua telapak kau taruh di muka, kaki kita singgung di bawah meja. Aku kau biarkan lamat-lamat mengamati mata mentari yang hampir mati, di tengah rundung elegi. Tahu aku kau butuh bahuku dan aku mau. Dan mau aku beri kau waktu, untuk tersedu. 

Lagumu belum selesai. Kehentian waktu, mata kaca, singgung kaki dan keinginanku membatu. Untuk membantu, ya selebihnya kuserahkan padamu. Bisikan untuk memelukmu tak usai-usai. Layaknya mimik mukamu melambai-lambai, berderai-derai, mengajak ingkar. 

Oh, sial..

Lalu aku sadar, 

Sudah aku punya pacar. 

Sore-sore itu, gijenal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline