Lihat ke Halaman Asli

Asep Abdurrahman

Hidup untuk berkarya dan berkarya untuk hidup

Pendidikan Kita Tercoreng Kembali

Diperbarui: 23 April 2019   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merahputih.com

Pendidikan kita kembali tercoreng oleh ulah pelajar siswi SMA yang mengkroyok siswi SMP di Pontianak. Ulah pelajar yang menodai pendidikan, bukan kali ini saja terjadi tetapi sudah sering mendapat sorotan media luas. Beberapa waktu ke belakang, sempat viral seorang guru di Madura kerahnya ditarik oleh muridnya seperti mau dipukul.

Di era digital ini, kekerasan di dunia pendidikan bukan hanya dilakukan oleh oknum guru tetapi murid pun bisa berbuat demikian. Apa yang terjadi di Pontianak, sesungguhnya banyak hal yang perlu dilihat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

Secara kasat mata, masalah yang terjadi di sekolah Pontianak  adalah bukan semata-mata persoalan pelajar. Namun lebih dari itu, elemen yang mendukung terhadap peluang terjadinya kekerasan harus ditutup rapat-rapat.

Mulai dari psikologi siswa, keluarga, sekolah, lingkungan sosial, system pendidikan pendidikan, metodologi pengajaran, kompetensi guru, gaji guru, iklim sekolah, dan lain-lain. Semua itu, mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian yang menimpa pendidikan kita. Termasuk apa yang terjadi di pada siswi SMP di Pontianak.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Kejadian yang menimpa Audrey, siswi yang masih duduk dibangku SMP tersebut, disatu sisi memberikan peringatan kepada semua stake kholder pendidikan akan pentingnya bersinergi membangun pendidikan yang beradab.

Di sisi lain, menurut Abudin Nata (2012) bahwa era globalisasi melahirkan era digital yang punya dampak besar terhadap keberadaan pendidikan kita, termasuk dunia pelajar. Era globalisasi yang dipahami sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh adanya penyatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan lain sebagainya yang terjadi antara suatu negara dengan negara lain tanpa menghilangkan identitasnya masing-masing.

Penyatuan ini terjadi, berkat kemajuan teknologi informasi (TI) yang dapat menghubungkan atau mengkomunikasikan setiap isu yang ada pada suatu negara dengan negara lain. Dalam kasus Audrey, yang kini sedang terbaring di rumah sakit. Secara kasat mata, pelaku pengeroyokan seperti mengidap penyakit psikologis.

Terbukti ketika pelaku digiring ke pihak kepolosian, pelaku menunjukan sikap seperti tidak punya salah mengenai apa yang sudah Ia lakukan. Di depan pihak kepolisian, Ia malah berselvia ria dengan gaya bumerang. Ini menunjukan bahwa pelaku punya kelain psikologis yang perlu mendapat konseling dari berbagai pihak, temasuk pihak sekolah dan keluarga.

Kini kasus tersebut, sedang ditangani oleh pihak Polres Pontianak dalam tahap penyidikan. Hasil penyidikan, kepolisian menetapkan tiga pelaku dan tiga saksi atas kekerasan terhadap seorang siswi yang masih duduk di bangku SMP sebagaimana diberitakan diberbagai TV nasional.

Menurut Satriawan, dkk dalam Jurnal Analisis dan Kebijakan Publik tahun 2017 bahwa  Kekerasan terhadap anak merupakan fenomena sosial yang cenderung meningkat, baik kuantitatif maupun kualitatif pada dasawarsa terakhir ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline