Lihat ke Halaman Asli

Geofakta Razali

Nata Academy

Peran Psikologi Jurnalisme, Seperti Udara bagi Masyarakat

Diperbarui: 19 Juni 2022   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apabila anda sempat menonton podcast youtube Deddy Corbuzier yang sempat mengundang jurnalis ternama Rosiana Silalahi, anda akan belajar bagaimana gambaran kekinian yang sedang terjadi pada dunia Jurnalisme. 

Saya sendiri menikmati pembicaraan tersebut terlepas belum menemukan role jurnalisme yang ideal untuk era digital ini. Setidaknya, saya menemukan bagaimana kenyataan lapangan yang terjadi serta pertarungan kompetitif media.

 Tentunya banyak mahasiswa saya terutama calon sarjana yang sering berdiskusi, mengajukan pertanyaan, tentang bagaimana sebenarnya ideal sebuah media saat ini dapat mendukung karakteristik kepribadian individu dan mendukung negara dengan baik. Atau, sebagian sudah tidak tertarik untuk berkontribusi pada penelitian tentang dunia jurnalisme yang menjemukan untuk mereka. Tapi, bagi saya sendiri jurnalisme adalah udara yang hidup untuk masyarakat.

Jurnalisme mencerminkan masyarakat. Satu yang saya pelajari dari ilmu yang saya dapat dalam perkuliahan. Tujuan sebenarnya adalah bagaimana mengejar kebenaran dan gambaran yang akurat tantang sebuah peristiwa dan situasi. Jurnalisme dan masyarakat, saya percaya memiliki hubungan psikologi yang memberikan pengaruh satu sama lain. 

Psikologi seseorang bergantung pada sebuah lingkungan sekitarnya. Ibaratnya, Apabila sebuah udara kotor, maka sudah dipastikan masyarakatnya juga tidak sehat. Begitulah jurnalisme. Mengkorelasikan sebuah sebab akibat yang mempengaruhi pendirian sebuah media dan individu masyarakat. 

Sharon Coen dalam Psychology of journalism mengatakan psikologi media saat ini menjadi sebuah kajian yang penting untuk dibicarakan berkaitan dengan pemahaman interaksi antara individu dan teknologi yang berkembang. 

Pada fungsi jurnalisme berita berada di bawah pengawasan publik yang intens, The Psychology of Journalism mengeksplorasi proses psikologis yang terlibat dalam produksi, penyampaian, dan konsumsi berita.

Dalam konsep negara yang akan menyambut event besar pada tahun 2024, istilah jurnalisme tentu tidak merujuk pada jurnalis, berita, atau teknologi media untuk menyebarkan informasi. Namun, ia memiliki fungsi penting dalam menjaga demokrasi. 

Pada kenyataan saat ini, masyarakat kebingungan melihat udara jurnalisme berita yang sulit memberikan ruang segar pada diskusi yang berkualitas. Ketika mengevaluasi tingkat demokrasi dalam masyarakat yang semakin kontemporer, paradigma organisasi dan integritas media harus dipertimbangkan. Karena melalui jurnalisme warga diinformasikan dan didorong untuk bertindak. 

Jurnalisme adalah mata rantai penting dalam memastikan bahwa kebebasan memang berfungsi dan bertanggung jawab. Seperti yang dikatakan Benjamin Franklin, "Siapa pun yang akan menggulingkan kebebasan suatu bangsa harus mulai dengan menilai kebebasan berbicara." 

Jurnalisme berfungsi sebagai "suara yang tak bersuara," menyampaikan pandangan semua bagian populasi. Ia bertindak sebagai penghubung antara pemerintah dan publik.  Namun, karena pentingnya jurnalisme dalam demokrasi masyarakat, ia terus-menerus terancam. Namun, masyarakat saat ini lebih tertarik pada konten media tanpa makna sekedar menghibur penat, berjoget, atau larut dalam tawa. Fenomena ini tentu tidak salah, tapi sepertinya masyarakat juga sudah jemu. Sekedar, ya sudahlah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline