Lihat ke Halaman Asli

Gema Takbir Al Akbar

Mahasiswa Administrasi Pendidikan, Universitas Jambi

Penerapan Kurikulum Prototype pada Sekolah Menengah Atas

Diperbarui: 7 Maret 2022   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, dan atau perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus. 

Pada kurikulum 2022 mendatang, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), akan menghapuskan penjurusan di Sekolah Menengah Atas.  Tidak akan ada lagi jurusan IPA, IPS, maupun Bahasa. Sebagai penggantinya, pemerintah merancang kurikulum prototype yang akan diterapkan secara terbatas mulai tahun ajaran 2022/2023.

Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. 

Sistematika dari penerapan kurikulum ini yaitu pada siswa kelas X akan mengikuti mata pelajaran yang sama dengan SMP atau mata pelajaran pada umumnya, sementara pada kelas XI dan XII bisa memilih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan cita-citanya. 

Kebijakan ini menuai pihak pro dan kontra pada tokoh-tokoh praktisi pendidikan. Tentunya tidak akan memajukan jika dilakukan dengan benar dan terarah. Sedangkan akan menuai kemunduran jika siswa tidak diarahkan saat pemilihan mata pelajaran yang akan ia ambil.

Jika kita meninjau dampak positif dari penerapan kurikulum prototype ini adalah pembelajaran yang tidak hanya bertumpu pada target materi, namun pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dengan menitik beratkan pada materi yang lebih esensial, maka pembelajaran menjadi lebih baik dengan meningkatnya karakter siswa. 

Potensi siswa bisa lebih tergali dengan berbagai kesempatan belajar yang menyenangkan, dengan berjuta harapan learning loss dapat dicegah sebagai dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan. 

Selain itu, generasi baru milenial akan lebih fokus memikirkan hidupnya akan dibawa kemana saat ia dewasa kelak. Banyak sekali kita temukan disekitar kita generasi khususnya yang duduk dibangku SMA belum mengetahui akan jadi apa dia selanjutnya karena terlalu pusing dengan rangkaian mata pelajaran yang harus ia pelajari semuanya. 

Kemudian, penjurusan di SMA merupakan langkah maju untuk dunia pendidikan Indonesia, yang mana akan menghilangkan persepsi pengkastaan, bahwa anak IPA lebih pintar ketimbang anak IPS dan sebagainya. 

Seiring dengan dampak positif, tentunya penerapan ini memancing opini opini negatif. Siswa akan kesulitan memilih mata pelajaran apa saja yang harusnya cocok untuk profesi atau cita-cita yang akan ia ambil. Contohnya, jika ia ingin menjadi pilot, masinis, ataupun nahkoda kapal, maka mata pelajaran apa saja yang sesuai dengan cita-citanya, sedangkan profesi itu terlihat umum dan hampir mencakup pelajaran umum. Biasanya kegagalan bukan terjadi pada konsep atau perencanaannya, melainkan pada pengoperasional atau pelaksanannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline