Lihat ke Halaman Asli

Gatot Swandito

Gatot Swandito

(HORORKOPLAK) Logika Cerdas Lelembut Pengetuk Pintu Rumah Kontrakan

Diperbarui: 7 Januari 2017   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http://www.kompasiana.com/koplakyoband/5-tahun-koplak-yo-band-lomba-cerita-horor-koplak_586f8899ef7e613b08044ef0

Lelembut aka makhluk lembut memang diciptakan untuk menggoda manusia. Percaya atau tidak memang begitulah kenyataannya. Dan, karena sudah mengantongi jam terbang yang sangat tinggi, lelembut sudah lebih jago mengggoda ketimbang cewek cantik semlohai manapun.

Buktinya, setan itu belum menggoda saja “korbannya” sudah salah tingkah. Contohnya, pas kita ketakutan pas mau tidur. Merem salah. Melek pun salah. Kalau melek, takut kalau di depan kita berkelebat bayangan putih.  Kalau merem, takut kalau pas melek si lelembut sudah berdiri di depan kita.

Itu kalau bobonya telentang. Sialnya kalau tungkurep atau menghadap tembok juga sama, sebelas-dua belas. Malah rerasanya lebih serem lagi. Taruhlah kita tengkurep. Maksudnya sihsupaya tidak melihat penampakan. Tapi ujung-ujungnya sama saja. Rerasanya si demit ada di belakang kita, berdiri dengan matanya yang melotot. Kalau sudah begitu, mau balik telentang juga takut. Padahal makhluk yang bikin kita takut tidak ada sama sekali.

Nah, dari pengalaman empiris itulah kita bisa menarik kesimpulan kalau makhluk lelembut itu belum eksyen saja sudah bisa bikin kita jadi serba salah tingkah tak karuan. Mau begini salah. Mau begitu salah.

Soal memedi (yang membuat wedi. Wedi dari bahasa Jawa yang artinya takut), saya ada sedikit pengalaman. Tidak banyak. Kalau banyak pasti sudah saya sumbangkan ke Chaca. Dari semua pengalaman “perjumpaan” dengan memedi itu, ada satu pengalaman yang berbeda dari yang lainnnya.

Sekitar tahun 1996-1997, saya bersama Widodo (nama lengkapnya susah dihapal) dan Masagus Denny Afrizal mengontrak rumah di Dusun Dero, Condong Catur, Sleman, DIY. Di sekitar rumah kontrakan ada tiga rumah kontrakan lainnya dengan pemilik yang sama. Dari gang Sadewa, lokasi rumah agak masuk ke dalam sekitar dua puluh meter. Tepat di sebelah utara rumah membentang persawahan. Sementara di belakang rumah yang menghadap ke timur itu terdapat kebun aneka macam tanaman. Jadi, rumah yang kami kontrak benar-benar mojok.

Suatu malam di kamar yang ditempati Widodo, pas makan bersama, Widodo bercerita kalau beberapa melihat kali kain gorden jendela kamarnya dibuka-tutup.

“Kalau aku sering dengar pintu depan diketok-ketok, “timpal saya. “Tapi, pas dilihat nggak ada sapa-sapa. Pas dilongok nggak ada orang.”

“Kalau yang itu, aku juga sering,” tambah Denny.

“Sama,” kata Widodo. “Biasanya dua atau tiga kali.”

Pada malam itu saya baru tahu kalau gangguan ketuk-ketuk pintu itu dialami juga oleh kedua teman kontrakanku. Biasanya terdengar kalau saya sedang sendirian. Buat saya, suara-suara ketukan pintu itu tidak masalah karena tidak begitu menakutkan. Yang penting pengetuknya tidak menampakan diri. Itu saja!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline