Lihat ke Halaman Asli

Gatot Tri

TERVERIFIKASI

Swasta

Cerpen | Pak Alit dan Kartu Kredit tanpa Limit

Diperbarui: 18 September 2018   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi oleh Gatot Tri

Pak Alit adalah seorang pengusaha tajir dari kota Sampit. Ia punya kebun kelapa sawit dan cabe rawit, juga beberapa toko sepatu berbahan kulit yang mendatangkan keuntungan tidak sedikit. Sang istri, Bu Alit, punya kafe di salah satu mal dan beberapa depot makanan di pusat kota Sampit.

Rumah Pak Alit lumayan megah, berlokasi di daerah elit di pinggiran kota Sampit. Ia membelinya dengan cara kredit. Mobil yang ia pakai sehari-hari juga ia beli secara kredit. Hampir semua barang-barang di rumahnya dibeli secara kredit. Pembayaran cicilan bulanan kredit terbilang tidak sedikit. Tetapi bukan hal yang sulit bagi Pak Alit.

Pak Alit adalah pengguna setia kartu kredit. Begitu pula istrinya juga punya kartu kredit. Mereka sangat suka berbelanja barang-barang branded di seumlah pertokoan di kota Sampit dengan kartu kredit. Rumah mereka yang besar jadi makin sempit karena banyak sekali barang-barang yang dibeli secara kredit. Tagihan kartu kredit juga tidak sedikit. Tapi sekali lagi, bukan hal yang sulit bagi Pak Alit.

Tentang Bu Alit, ia adalah pasien langganan klinik dokter kulit. Bu Alit gemar merawat kulit. Beberapa minggu terakhir ia rajin konsultasi ke dokter kulit. Bu Alit punya masalah selulit. Sang dokter kulit menyarankan untuk terapi rutin kulit yang terkena selulit. Ibu Alit menyetujuinya. Semua perawatan kulit Bu Alit juga dibayar dengan kartu kredit.

Suatu hari yang panas berawan, ketika sedang berada di kantornya, Pak Alit menerima surat dari bank penerbit kartu kredit. Pihak bank menginformasikan bahwa Pak Alit terpilih menerima kartu kredit tanpa limit. Ini adalah kartu kredit yang khusus terbit bagi pemakai setia kartu kredit. Pak Alit tercatat sebagai nasabah kartu kredit dengan transaksi paling wahid.

Pak Alit senang bukan kepalang menerima kartu kredit tanpa limit. Ia segera menghubungi Bu Alit untuk segera membuat check list apa saja yang ingin dibeli dengan kartu kredit. Waktu itu Bu Alit sedang berada di klinik dokter kulit, sedang menjalani terapi menghilangkan selulit. Sambil ditangani therapist, terbayang di benak Bu Alit mobil idaman yang baru saja mengeluarkan versi facelift.

Hari demi hari berlalu, akhir pekan yang ditunggu pun tiba. Sayangnya, menjelang akhir pekan, Pak Alit mengalami konstipasi alias sembelit. Karena itu ia memakan cabe rawit yang kabarnya ampuh mengatasi sembelit. Bu Alit membeli banyak sekali cabe rawit. Stok cabe rawit ia selipkan di kulkas yang makin sempit; karena banyak sekali makanan dan minuman diletakkan di dalam kulkas secara berhimpit. Sampai-sampai ketika pintu kulkas dibuka terdengar suara berderit. 

"Beli kulkas baru yang lebih besar ya Pah. Lihat makanan dan minuman kita sudah sesak berhimpit." Kata Bu Alit kepada Pak Alit yang sedang mengunyah tempe goreng dengan cabe rawit. Pak Alit mengangguk-angguk kepalanya sambil mendengarkan berita di televisi tentang kebijakan beleid dari pemerintah yang baru dua hari terbit.

"Lalu ada lagi nih yang di-list, Papah baca sendiri." Kata Bu Alit seraya menyodorkan daftar impian Bu Alit dalam sebuah check list. Pak Alit mengambil kertas check list itu dan mulai mencoret beberapa.

"Akh... Papah pelit.. Masa mobil Mamah masih yang itu-itu aja. Ini pas ada yang facelift dan ready stock juga lho Pah.. Mumpung lagi ada kartu kredit tanpa limit, Pah.." kata Bu Alit  sambil berdiri menghampiri Pak Alit dan mulai memijat pundak Pak Alit. Eh, tidak lama Pak Alit mengiyakan permintaan Bu Alit. Bu Alit menjerit, membuat kaget si Kuprit, kucing peliharaan Bu Alit, hingga lari terbirit-birit.

Baiklah, mengawali akhir pekan, keluarga Pak Alit sudah berada di sebuah dealer mobil di pusat kota Sampit. Sebuah mobil idaman versi facelift akhirnya mereka tebus secara kredit dengan kartu kredit tanpa limit. Mobil akan siap segera setelah dokumen-dokumen kendaraan terbit. Betapa riang hati Bu Alit yang memekik jerit, menghujani ciuman sayang ke kedua pipi Pak Alit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline