Lihat ke Halaman Asli

Garin Nanda

@garinnanda_

Keterampilan, Konflik, dan Kontroversi Dimitri Payet

Diperbarui: 28 Maret 2022   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: planetfootball

Di usia yang telah menginjak angka 34 tahun, nama Dimitri Payet tercatat belum pernah kumpulkan satu pun piala mayor. Padahal, bila melihat potensinya sebagai seorang pemain sepakbola, semua tentu setuju untuk mengatakan bila Payet masuk ke dalam salah satu pemain paling berbakat dunia .

Profil Dimitri Payet

Lahir di Saint-Pierre, 29 Maret 1987, Payet memulai karir sepakbolanya di klub lokal tempat tinggalnya Saint-Philippe. Selama tiga tahun, dia lalu putuskan gabung dengan klub Saint-Pierroise, sebelum akhirnya bakat sang pemain ditemukan oleh salah satu akademi terbaik di Prancis, Le Havre.

Di usia 12 tahun saat itu, akademi tersebut membuat Payet berhasil membuka pintu kesuksesannya sendiri. Disebutkan, Payet memiliki selera bermain yang sangat menarik. Karir sepakbola profesionalnya sudah terlihat, dimana dirinya tak pernah berhenti kesankan para pemandu bakat yang terus mengawasinya.

Sempat bermain untuk AS Excelsior selama semusim, Payet kemudian bergabung dengan Nantes, salah satu klub Prancis yang membuat namanya kian dikenal. Bermain dalam 33 laga dan mencetak lima gol, bakat Payet kemudian diminati oleh Saint Etienne yang berani membayarnya dengan nilai 4 juta euro atau setara 67 miliar rupiah.

Saint Etienne sukses membuat bakat Payet jadi lebih berkembang. Tak ada kata yang bisa diberikan selain luar biasa. Meski sempat membuat konflik dengan rekan setimnya, klub berani mengambil resiko untuk terus mempertahankannya. Empat musim membela klub tersebut, sebanyak 148 pertandingan sukses dia mainkan, dimana torehan 25 gol menjadi pemanisnya.

Pada musim 2011/12, Payet kembali melakukan loncatan dengan bergabung bersama sang juara bertahan Lille. Meski menjadi langkah brilian, pergerakan Payet yang terus bergonta-ganti klub mendapat sejumlah kritik. Para pengamat mengatakan kalau Payet seharusnya bisa bergabung dengan klub yang lebih besar dan populer.

"Dia akhirnya bergabung dengan Lille, yang baru saja memenangkan gelar, tetapi aku menganggap dia malah berada di kurva ke bawah. Padahal masih ada tim yang sangat bagus menginginkannya," kata Tom Williams, seorang akar sepak bola Prancis. (via Sky Sport)

Benar saja, hanya bertahan dua tahun di klub tersebut, Payet gagal memberikan apa-apa. Paling hanya satu penghargaan Pemain Terbaik Prancis di musim terakhirnya, sebelum Marseille datang sebagai tempat barunya lanjutkan petualangan.

Lagi-lagi, langkah Payet dikritik oleh Tom Williams selaku pakar sepakbola Prancis. Dia merasa bingung mengapa Payet terus berkutat di Prancis. Padahal, tepat ketika dia bergabung dengan Marseille, usianya sudah menginjak 26 tahun. Memang hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Namun menurutnya, memiliki potensi besar di usia tersebut namun masih terus berkubang di kompetisi Prancis adalah sesuatu yang sia-sia.

"Selama ini, meskipun dia (Payet) adalah salah satu pemain penyerang terbaik di Prancis, dia malah bergabung dengan Marseille. Bahkan, usianya telah menginjak 26 tahun,"

"Ini tidaklah tua dalam istilah sepakbola, tetapi untuk seseorang dengan begitu banyak bakat, rasanya itu seperti usia yang cukup lanjut baginya untuk membuat langkah besar pertama dalam karirnya." ujar Tom Williams. (via Sky Sport)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline