Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Orang Indonesia Jangan Kelaparan di Lumbung Pangan

Diperbarui: 20 Juli 2020   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sorgum. (Foto: Gapey Sandy)

" ... Orang bilang tanah kita tanah surga; Tongkat kayu dan batu jadi tanaman ..."

Koes Plus merilis lagu Kolam Susu itu pada 1973 silam. Penciptanya Yok Koeswoyo. Meski berdurasi pendek - 2 menit 23 detik -, tapi lagu ini "berumur panjang". Selain, menghuni peringkat ke-31 dalam daftar "150 Lagu Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone Indonesia.

Mengapa lagu dari album Volume 8 Koes Plus itu "panjang umur"? Begini. Lirik lagu itu tercipta pada tahun '70-an. Ketika tanah Indonesia terasa begitu subur, ijo royo-royo. Bahkan tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tanaman. Bisa ditanami. Saking suburnya.

Faktanya, apa sekarang ini, di tahun 2020 ini, masih bisa "tongkat kayu dan batu" jadi tanaman?

Jawabannya, bisa! Buktinya, pergilah ke Nusa Tenggara Timur. Saksikan dengan mata kepala sendiri, betapa tanah bebatuan nan kekurangan air pun bisa menjadi media tanam.

Tanaman apa itu, kok sakti amat? Jawabannya: Sorgum (Sorghum bicolor).

Ngopi dan Kue Kembang Goyang berbahan dasar Sorgum. (Foto: Gapey Sandy)

Sorgum Bikin Decak Kagum

Menurut Prof Dr Ir H Hardinsyah MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia, dan juga Guru  Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Bogor, sorgum punya banyak keunggulan dibandingkan nasi. Misalnya, dari sisi protein, serat, dan sebagai serealia - kaya vitamin B-complex dan antioksidan.

"Sorgum juga mencegah gula darah tinggi - tapi kalau sebagai antidiabet masih harus diteliti secara klinis lebih jauh lagi, karena berkaitan dengan makanan lain yang turut dikonsumsi -, antiinflamasi pencegah radang, pencegahan sindrom metabolik yang memicu jantung koroner, diabet, kanker dan sebagainya, serta antihiperglikemia yang mencegah gula darah tinggi," paparnya dalam Diskusi Pangan Lokal dan Bedah Buku Sorgum "Benih Leluhur untuk Masa Depan", melalui kanal YouTube Yayasan Kehati (18/7/2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline