Lihat ke Halaman Asli

Galih purnomo

bismillah

Uji Coba Virus dengan New Normal

Diperbarui: 29 Juni 2020   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebut saja penanggulangan Covid 19 adalah P-Covid 19 yang kemudian berlanjut pada tahun 2020 menjadi P-Covid 20. Sebelum P-Covid 20 rilis. Untuk sementara ini P-Covid 20 masih dalam skala beta. Para ilmuan dan pihak yang bertanggung jawab sedang melakukan ujicoba sebelum rilis versi orisinalnya. Bukan hanya sekedar perangkat lunak saja yang mengalami upgrade, barangkali penanggulangan virus juga mengalami hal yang sama, sama-sama lunak.

Semenjak kehadiran virus Covid pada akhir tahun 2019 seperti yang di beritakan WHO kemunculan awal virus berada di Wuhan China. Dan kemudian merebak hampir keseluruh dunia serta berlanjut ke tahun 2020 hingga sekarang ini. Telah kita lalui bersama-sama ada macam cara di berbagai negara utuk menghambat pertumbuhan virus ganas ini. Seperti: lockdown, social distance atau yang kita kenal di Indonesia sebagai PSBB.

Kususnya di Indonesia sendiri diberlakuan PSBB sejak 10 april 2020 dan saat berlakukan PSBB justru angka-angka penularan kian bertambah, kurva penularan mengalami grafik yang melesat tinggi. Alih-alih melakukan transisi, pemerintah justru memberlakukan adanya progam yang disebut new normal dan berharap bisa melunakan virus.

Tahap awal new normal kiranya harus kita apresiasi dengan rekor penularan harian tertinggi pada selasa 9 juni 2020 mencapai 1043 orang. Melihat angka itu membuat saya dilema dan bertanya-tanya bagaimana mungkin ketika PSBB angka penularan masih bertambah lalu dengan adanya new normal mengalami rekor penularan harian tertinggi. 

Lantas bagaimana algoritma yang digunakan pemerintah. Apakah pemerintah lebih memilih mengutamakan faktor ekonomi ketimbang kesehatan. Tidak adakah pertimbangan yang lebih detail denganmengambil contoh pembelajaran sebelumnya. Jika seperti ini bukan ingin melakukan upgrade tetapi saya lebih memilih downgrade.

Tentunya pemerintah punya alasan tersendiri terhadap pemberlakuan new normal karena mempertimbangkan aspek ekonomi dan psikologis dari masyarakat. Bukan berarti saya tidak setuju, sebelum adanya new normal kita semua sudah layaknya seperti orang normal dengan beradaptasi dengan banyak cara untuk bertahan hidup. 

Manusia adalah spesies yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi, jika tidak memiliki kemampuan seperti itu sudah pasti spesies yang bernama manusia ini telah punah sejak dahulu. Untuk hal dan keadaan seperti ini mana yang lebih dulu diutamakan, faktor kesehatan atau ekonomi, pastinya sangat miris dan sulit untuk mencari jalan tengahnya.

Akan tetapi bagaimanapun juga pemerintah telah berupaya dan bekerja keras untuk masalah ini. Beberapa aspek sedang ditinjau. Bukan menyalahkan pemerintah tentang program new normal. Ini adalah langkah transisi dan gerakan revolisioner untuk mengigatkan kepada kita supaya tidak serta merta menyepelekan dan menganggap enteng. 

Seharusnya kita sebagai masyarakat harus meninggkatkan kesadaran diri untuk terus mengikuti protokol yang diberikan oleh pemerintah, meskipun dalam kesaharian masih kurang adanya ketegasan. Kita sebagai masyarakat baiknya melakukan ketegasan terhadap diri sendiri dengan taat aturan.

Besar harapan kita semua nantinya agar revolusi P-Covid 20 yang akan rilis adalah sebuah ketepatan demi kebaikan bersama. Dan mungkin bisa menjadi P-Covid 20 Pro yang lebih paten. Boleh hanya perangkat lunak dan virus saja yang lunak, akan tetapi penanggulangan tidak boleh lunak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline