Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Semarang Tertinggi Kasus Corona di Jateng, Ikuti Anjuran Pemerintah, Dong

Diperbarui: 21 April 2020   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai orang Semarang, saya sedih mendapat kabar bahwa Semarang tertinggi kasus Corona di Jawa Tengah. Saat pasien baru satu orang, saya sudah ingatkan keluarga, teman dan saudara yang ada di sana lewat Whatsapp; di rumah saja, jaga jarak atau batalkan pertemuan serta pakai masker.

Cerita saya tentang parahnya Jerman meski angka kematiannya hanya 5% dari 80 juta penduduknya atau dari 143.779 pasien, tetap saja membuat mereka nggak takut dan menganggapnya angin lalu.

Adalah sebuah video yang disebarkan oleh bapak gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Di sana diperlihatkan bagaimana beliau blusukan ke kampung-kampung dengan mengayuh sepeda, bukan mobil mewah layaknya pejabat tinggi.

Maksud beliau adalah mengontrol dari bawah, apakah masyarakat mengindahkan anjuran pemerintah atau tidak. Hasilnya sungguh mengejutkan.

Banyak Warga Berkerumun dan Beraktivitas Tanpa Masker

Pak gubernur yang suka musik itu berkali-kali menggambar-gemborkan bahwa Semarang adalah zona merah dengan kasus Covid 19 tertinggi di Jateng.

Masih ingat kasus perawat dari RSDK Semarang yang ditolak jenazahnya di Sewakul, Ungaran, kabupaten Semarang? Atau doa beliau pada 46 tenaga medis RSDK yang terpapar virus corona. Sebenarnya pemerintah sudah melakukan banyak cara dan dukungan pada masyarakat. Warganya saja yang memprihatinkan.

Menikmati video yang diposting di MIK Semar (Media Informasi Kota Semarang) pada suatu hari, saya suka cara gubernur ganteng ini mengingatkan masyarakat. Dengan beberapa staf beliau bersepeda dan menghentikan perjalanan di depan MAJT-masjid Agung Jawa Tengah yang memiliki payung raksasa itu. Di sana ada beberapa anak sedang bermain bola.

"Mas-mas yang hebat-hebat duduk Anda itu berbahaya semua, ya. Sudah main bolanya cukup. Tidak ada satupun yang pakai masker. Jangan pernah menyepelekan."

Di Jerman, semua taman bermain ditutup, dikelilingi oleh tali merah putih tanda nggak boleh dilewati. Taman dikhawatirkan membantu proses penularan virus dari orang yang datang dan pergi, khususnya anak-anak. Bayangkan dengan ayunan, jungkat-jungkit, rumah-rumahan yang dijamah anak-anak dan dewasa. Jika dimainkan bergantian, yang positif nggak sengaja menularkan pada yang sehat.

Atau ketika beliau sidak di warung Soto Maya dan melihat banyak orang tidak pakai masker dan duduknya sangat berdekatan, beresiko tinggi menularkan atau tertular virus corona yang sangat cepat prosesnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline